Makna Larung Kali di Sungai Gajah Wong Yogyakarta pada Peringatan Sumpah Pemuda

Semangat persatuan dalam Sumpah Pemuda menjadi muara dalam Larung Kali tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Okt 2019, 00:00 WIB
Sejumlah peserta mengikuti kirab dengan menaiki andong melintasi kawasan Tugu ,Yogyakarta,(14/5/2016).Kirab di laksanakan untuk menyambut peringatan ulang tahun satu abad kabupaten sleman.(Boy Harjanto)

Liputan6.com, Yogyakarta - Pemuda Kampung Balirejo Yogyakarta menggelar kegiatan unik untuk menyambut Hari Sumpah Pemuda yaitu "Larung Kali" di Sungai Gajah Wong yang juga menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari.

"Sungai ini menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat. Warga di sini memperoleh pendapatan dengan mencari pasir atau ada yang memperoleh ikan, udang, dan belut untuk lauk sehari-hari. Oleh karenanya, kami melakukan kegiatan ini di sungai," kata Ketua Pemuda Kampung Balirejo Nugroho Rusdianto di sela-sela Larung Kali di Yogyakarta, Minggu, 27 Oktober 2019, dilansir Antara.

Menurut dia, semangat persatuan dalam Sumpah Pemuda menjadi muara dalam Larung Kali tersebut. Hal ini untuk meningkatkan kerukunan dan semangat gotong royong seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga sungai yang menjadi sumber penghidupan mereka.

Ia menyebut, Sungai Gajah Wong yang berada di perkotaan memiliki tantangan berupa potensi pencemaran yang semakin tinggi, baik limbah yang bersumber dari rumah tangga, pertanian, usaha jasa, hingga industri.

"Warga harus memiliki kesadaran untuk bersama-sama menjaga kelestarian sungai sehingga warga akan selalu memperoleh beragam manfaat dari keberadaan Sungai Gajah Wong," katanya.

Dalam kegiatan Larung Kali tersebut, seluruh warga Kampung Balirejo tampil kompak dengan kostum surjan untuk laki-laki dan kebaya untuk perempuan. Sebuah gunungan yang terbuat dari beragam hasil bumi seperti padi, sayur, dan hasil sungai serta tujuh tumpeng nasi diarak di sepanjang jalan inspeksi tepi sungai.

Dengan diarak keliling kampung, Nugroho berharap, warga yang hari ini belum bisa mengikuti kegiatan Larung Kali akan tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut pada tahun depan.

Setelah didoakan lintas agama, tumpeng pun dihanyutkan ke sungai. "Kegiatan ini baru dilakukan untuk pertama kali dan harapannya bias digelar rutin tahunan," katanya.

Selain untuk memupuk kerukunan antar warga dan semangat menjaga kelestarian sungai, Nugroho mengatakan, kegiatan dalam memperingati Sumpah Pemuda tersebut dilakukan untuk menjaga kebudayaan dan tradisi masyarakat Yogyakarta.

 


Sumpah Pemuda Generasi Milenial

Parade Merah Putih menjadi cara warga Yogyakarta merayakan pelantikan presiden (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Sementara itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, Sumpah Pemuda mengajarkan kepada seluruh masyarakat bahwa pemuda pada tahun 1928 sudah memiliki lompatan pemikiran yang sangat tinggi yaitu mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersatu.

"Satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa adalah sebuah lompatan pemikiran yang luar biasa. Pemuda memiliki kesadaran untuk menyatukan seluruh bangsa Indonesia," katanya.

Sedangkan pada masa sekarang, lanjut Heroe, Sumpah Pemuda dapat dimaknai sebagai upaya untuk menuju kemandirian Indonesia.

"Tantangan yang dihadapi saat ini tentu berbeda. Pada zaman sekarang, teknologi yang berkembang sangat pesat bisa membantu kemandirian Indonesia, tetapi jika salah menggunakannya justru akan membuat bangsa Indonesia tidak bisa berkembang," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Heroe, teknologi harus digunakan secara hati-hati dan bijak sehingga bangsa Indonesia tidak hanya terjebak sebagai pengguna saja tetapi tidak memperoleh manfaat atau nilai tambah dari kemajuan teknologi yang berlangsung sangat pesat.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya