6 Lubang Baru Muncul Usai Gempa Bumi Magnitudo 6,5 di Ambon

Usai gempa bumi tektonik magnitudo 6,5 pada 26 September 2019, ada 6 lubang baru bermunculan di kawasan Wayari, Desa Suli di Kecamatan Salahutu Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Okt 2019, 17:00 WIB
Warga berkumpul di jalanan setelah gempa berkekuatan magnitudo 6,5 di desa Batu Merah di Ambon, kepulauan (26/9/2019). Gempa bumi magnitudo 6,8 guncang kawasan timur Indonesia tepatnya di Ambon Maluku Kamis (26/9/2019) pagi. Pusat Gempa berada di kedalaman 10 KM. (AFP Photo/Yusnita)

Liputan6.com, Ambon - Usai gempa bumi tektonik magnitudo 6,5 pada 26 September 2019, ada 6 lubang baru bermunculan di kawasan Wayari, Desa Suli di Kecamatan Salahutu Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah.

"Lubang-lubang ini bermunculan saat gempa utama Magnitudo 6,5 dan berlanjut dengan gempa susulan yang mencapai ribuan kali," kata salah satu warga, Josmin Linansera seperti dikutip Antara, Senin (28/10.2019).

Untuk posisi lubang yang ukurannya paling besar berdekatan langsung dengan rumah salah satu keluarga bermarga Tanipan.

Ketika terjadi gempa utama, kondisi lubang tersebut tidak terlalu besar dan dalam, namun setelah muncul gempa-gempa susulan yang dalam waktu satu bulan sudah mencapai lebih dari 1.800 kali maka lubangnya semakin menganga.

Saat ini lebar bibir lubangnya diperkirakan sekitar dua meter lebih dengan kedalaman dua hingga tiga meter dan ada genangan airnya. Sedangkan lubang lainnya memiliki ukuran yang lebih kecil dan dangkal, termasuk lubang pertama yang bermunculan di dalam sungai Wayari.

Beberapa pekan lalu ada tim yang turun melihat kondisi sekitar DAS Wayari dan sempat memasang tanda silang pada rumah keluarga Tanipan dan sebuah rumah lain.

Sebab kedudukan rumah-rumah warga ini berada di DAS Wayari yang cukup rentan karena merupakan kawasan likuefaksi yang struktur tanahnya tidak terlalu stabil.

Warga sekitar Wayari juga sampai saat ini masih mengungsi di tenda-tenda merekadi tempat ketinggian pada malam hari karena masih merasa khawatir dengan gempa-gempa susulan.

Menurut Fahreza, salah satu peneliti muda bidang geologi, Pusat Penelitian Laut Dalamm (P2LD) LIPI mengatakan, likwifaksi yang terjadi saat gempa bumi di Ambon, Kairatu, dan Haruku masih dalam skala kecil.

Sama halnya dengan BMKG Ambon yang menjelaskan likuefaksi terjadi akibat struktur tanah dan batuan yang renggang dan rapuh sehingga bermunculan lubang-lubang pada area-area tertentu.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya