Merayakan Sumpah Pemuda ala Pegiat Bisnis Milenial

Masuk ke sistem tidak masalah, bisnis tidak hanya berdagang tetapi juga menyelesaikan persoalan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 29 Okt 2019, 06:00 WIB
Pegiat bisnis milenial berbagi cerita dan inspirasi di Yogyatorium, Senin (28/10/2019). (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Pegiat bisnis milenial berkumpul di Yogyakarta bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Melalui acara yang diinisiasi Komunitas Secangkir Kopi, Sunil Tolani, founder CalibreWorks, Bio Hadikesuma, founder Lima Pilar Inspirasi, A Noor Arif, founder Dagadu, dan Edi Budiyanto, founder Jogja Digital Clinic berbagi cerita inspirasi sekaligus melakukan penggalangan dana di Yogyatorium, Senin (28/10/2019).

"Melalui kegiatan ini kami ingin berbagi tentang nilai bisnis dan memberikan kaum milenial sebuah kesadaran dalam memulai sebuah bisnis," ujar Sunil.

Menurutnya, kesadaran untuk berbisnis itu menjadi hal yang fundamental sebelum menjalani usaha. Ia mengungkapkan kesalahan orang dalam berbisnis ini semata-mata ingin mencari uang. Padahal, memiliki tujuan yang lebih besar justru akan membantu dalam menghadapi tantangan.

Sunil menuturkan berbisnis di era milenial bukan sekadar menggunakan teknologi. Namun, teknologi hanya sebagai sarana mencapai tujuan.

Ia mencontohkan, sebuah start up yang berkaitan dengan pertanian tidak bisa hanya menjual produk tanpa mengetahui karakter dan nilai produknya. Start up ini harus mampu menyadari kesulitan petani serta kompleksitas distribusi yang membuat petani menjadi enggan menghasilkan produk yang berkualitas.

"Teknologi harus disertai visi, yang paling gampang buat saya masuk ke pertanian adalah makanan senantiasa dibutuhkan dan manusia membutuhkan makanan yang berkualitas, jadi permintaan akan bertahan," ucapnya.

Lantas, bagaimana memasukkan teknologi ke dunia pertanian mengingat kebanyakan petani saat ini didominasi orang-orang yang masih konvensional? Sunil menuturkan nilai kebanggaan menjadi petani harus mulai dimiliki anak muda. Penanaman nilai bisa dimulai dengan masuk ke sistem.

Sunil mengaku ia terjun langsung ke dunia kopi dan menjadi Sekjen Koperasi Komunitas Kopi Indonesia sejak dua tahun lalu.

"Masuk ke sistem tidak masalah, bisnis di era milenial tidak hanya berdagang tetapi juga menyelesaikan persoalan," kata Sunil.

 


Donasi untuk Pendidikan

Pegiat bisnis milenial berbagi cerita dan inspirasi di Yogyatorium, Senin (28/10/2019). (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Donasi yang dilakukan dalam acara ini ditujukan bagi anak-anak yang kesulitan membiayai pendidikannya. Donasi serupa sudah pernah dilakukan di Gunungkidul dan Riau.

Secangkir Kopi merupakan akronim dari sekumpulan calon angkatan komunitas penginspirasi yang digagas oleh Bio Hadikesuma. Ia mengumpulkan berbagai komunitas anak muda yang bergerak sendiri-sendiri dan mulai tidak aktif untuk bersama-sama membuat kegiatan yang menginspirasi.

"Saat ini ada 32 komunitas yang bergabung mulai dari karang taruna sampai BEM dan semangatnya adalah Sumpah Pemuda karena terdiri dari berbagai latar belakang," tutur Bio.

Kegiatan yang dilakukan komunitas ini beragam, tetapi bermuara pada lima pilar, yakni, belajar bisnis, belajar dunia kerja, pengembangan diri, pendidikan, dan inspirasi hidup yang berbentuk donasi.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya