Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan akan segera merilis sejumlah bukti visual perihal kematian pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.
Bukti visual berupa cuplikan penyergapan Baghdadi oleh pasukan khusus AS di kompleks persembunyiannya di Kota Bashira, Idlib, Suriah pada Minggu 27 Oktober 2019 dini hari waktu lokal.
Namun, Trump belum merinci kapan akan dipublikasikan, termasuk sejumlah bukti konkret lain seperti kecocokan DNA dan biometrik yang terverifikasi, demikian seperti dikutip dari BBC, Selasa (29/10/2019).
Akan tetapi, Kepala Staf Gabungan Militer AS (panglima) Jenderal Mark Milley mengumumkan bahwa jenazah Baghdadi telah diurus dan saat ini tidak ada rencana untuk berbagi rekaman kematiannya.
Advertisement
"Jenazah Baghdadi diangkut ke fasilitas yang aman untuk mengonfirmasi identitasnya dengan tes DNA forensik, dan pembuangan jenazahnya telah dilakukan lengkap dan ditangani dengan tepat," kata Jenderal Milley kepada wartawan.
Kendati demikian, Jenderal Milley membenarkan rencana presiden bahwa beberapa foto dan video operasi sedang melalui "proses deklasifikasi", yang kemungkinan untuk kepentingan publikasi.
Gedung Putih dikabarkan telah menerima verifikasi identitas Abu Bakr al-Baghdadi dari pasukan khusus AS yang terlibat dalam operasi, menggunakan apa yang dilaporkan oleh sejumlah media Amerika sebagai alat identifikasi canggih dan super cepat.
Pada Minggu 27 Oktober 2019 dini hari, pasukan khusus Amerika Serikat berhasil memojokkan pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi pada sebuah fasilitas persembunyiannya di Barisha, Idlib, Suriah.
Buron teroris paling dicari itu kemudian bunuh diri menggunakan rompi bom yang ia kenakan hingga jasadnya dilaporkan terpotong-potong, sekaligus menewaskan anggota keluarga yang berada di dekatnya.
Ketika orang Amerika menyerbu kompleks persembunyian Abu Bakr al-Baghdadi, membunuh apa yang digambarkan Trump sebagai "sejumlah" pejuang ISIS, Baghdadi sendiri melarikan diri ke sebuah terowongan dengan tiga anaknya. "Dia mencapai ujung terowongan, ketika anjing-anjing kami mengejarnya," kata Trump dalam konferensi pers pada Minggu 27 Oktober pagi waktu AS.
"Dia menyalakan rompinya, bunuh diri dan (turut membunuh) ketiga anaknya," lanjut Trump.
"Tubuhnya termutilasi oleh ledakan. Terowongan itu telah runtuh. Tetapi hasil tes memberikan identifikasi langsung dan benar-benar positif. Itu dia," kata Trump.
Dua Orang Ditangkap dalam Penyerbuan
Pada kabar lain, dua orang ditangkap selama serangan militer AS di tempat persembunyian pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi, di mana mereka sekarang sudah dalam tahanan Amerika, kata Kementerian Pertahanan (Pentagon).
Kepala Staf Gabungan Militer AS (panglima) Mark Milley mengatakan, mereka sekarang "dalam fasilitas yang aman".
Tidak ada rincian lebih lanjut tentang orang-orang yang ditahan.
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Simak video pilihan berikut:
Rusia Masih Skeptis Atas Kematian Baghdadi
Kabar tewasnya Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi di Idlib, Suriah, dalam operasi pasukan khusus Amerika Serikat pada akhir pekan lalu tidak semata-mata memicu tanggapan positif dari komunitas internasional.
Beberapa negara yang mengonfirmasi kematian Baghdadi menyatakan, meski pemimpinnya tewas, potensi ancaman dari ISIS masih jauh dari selesai.
Namun, satu negara, yakni Rusia, justru masih skeptis dengan kabar kematian Baghdadi.
"Kementerian Pertahanan Rusia tidak memiliki informasi yang dapat dipercaya tentang tindakan tentara AS di zona de-eskalasi Idlib ... mengenai kematian 'kesekian' kalinya Baghdadi," kata juru bicara Kemhan Igor Konashenkov dalam sebuah pernyataan, dikutip dari NDTV India, Senin (28/10/2019).
Advertisement