Liputan6.com, Jakarta - Stunting merupakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Dr dr Terawan Agus Putranto SpRad saat menunjuknya menjadi Menteri Kesehatan di Kabinet Indonesia Maju.
Terawan pun bertekad menjalankan tugas tersebut, dan bisa menurunkan angka stunting melebihi standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Advertisement
"Mau setinggi apa pun pangkat dan dan derajat kami, kami ini tetap pelayan. Kami akan berjuang," kata Menkes belum lama ini.
Bahkan, lanjut Terawan, kalau memang harus blusukan untuk belanja masalah, akan dia lakukan. "Kalau masalah tidak dibelanjakan, kita tidak tahu masalah utamanya. Dengan belanja masalah, kita jadi tahu harus berbuat apa," kata Terawan.
Simak Video Menarik Terkait Menkes Terawan
Menkes Terawan Baru Pulang dari Gorontalo
Saat Health Liputan6.com bertanya lima kota pertama yang kira-kira akan dia datangi untuk menanggulangi masalah stunting ini, Terawan mengatakan bahwa dia baru saja pulang dari Gorontalo pada Minggu, 27 Oktober 2019, malam.
"Saya baru dari Gorontalo, (salah satu) wilayah dengan stunting," katanya.
"Saya berusaha untuk sampai daerah, di mana saya bisa kemukakan bahwa PKK harus digerakkan," Dr Terawan melanjutkan.
Menurut Terawan, salah satu langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan angka stunting adalah lebih meningkatkan lagi kegiatan-kegiatan yang ada di posyandu.
"Posyandu harus digiatkan lagi. Komunikasi antara ibu-ibu menjadi baik, tidak ngerumpi saja, tapi menolong bayi-bayi, menolong saling membantu pemberian peningkatan gizi," katanya.
Advertisement
Isi Piringku dan Isi Perutku
Soal peningkatan gizi ini, Terawan mengatakan jangan hanya sekadar melihat gizi yang ada di piring makan, tapi bagaimana gizi itu sampai ke perut.
"Jadi, tidak hanya sampai Isi Piringku tapi juga Isi Perutku. Karena percuma kalau isi piringku lalu diambil sama orang," ujarnya.
Setelah Gorontalo, Menkes Terawan akan mengecek kota-kota atau daerah-daerah dengan angka stunting yang paling tinggi.
"Kalau bisa remote area, terluar, tersulit, atau tidak terjangkau aksesnya," katanya.
"Saya kebetulan tentara, bisa meninjaunya sampai (ke pelosok). Sehingga bisa dilihat lihat juga kearifanlokalnya mau kita bangun seperti apa," ujar Terawan.