Musim Topan, Mengapa Negara-Negara di Asia Kini Lebih Sering Terdampak?

Sejumlah negara di kawasan Asia kerap dilanda topan akhir-akhir ini, apa penyebabnya?

oleh Afra Augesti diperbarui 30 Okt 2019, 14:28 WIB
Ilustrasi topan terbentuk (NASA/AP)

Liputan6.com, Jakarta - Pada Agustus 2019, badai tropis yang menerpa Taiwan dilaporkan menewaskan dua orang. Kemudian satu bulan setelahnya, topan berkekuatan rendah menyapu pantai timur laut negara tersebut.

Biasanya, pulau Pasifik barat terkena langsung tiga sampai empat topan setiap tahun, dari Juni hingga Oktober. Siklon, yang membawa angin lebih tinggi daripada badai tropis lainnya, sering membunuh lima hingga 10 orang per peristiwa dan menghancurkan infrastruktur di wilayah yang 'dihinggapinya'.

Namun, selama tiga tahun terakhir, Taiwan dan Filipina dikabarkan mendapatkan lebih dari jumlah rata-rata topan yang seharusnya melewati kedua negara ini.

Mengutip VOA, Rabu (30/10/2019), hal tersebut disebabkan karena suhu air yang tinggi di pertengahan Pasifik, tempat topan berasal, dan pergeseran angin atmosfer atas, menurut para ahli meteorologi.

Filipina bisa diterjang hingga 20 badai yang mengamuk per tahun. Sistem yang disebut siklon dan angin topan di bagian lain membawa angin yang cukup kuat untuk menumbangkan pohon dan hujan lebat yang membuat sungai-sungai meluap. 

"Perairan di Samudra Hindia dan di Pasifik lebih hangat dari biasanya dan pemanasan global mungkin ada hubungannya dengan itu," menurut Jason Nicholls, ahli meteorologi senior di AccuWeather.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Air yang Menghangat

Ilustrasi topan (iStock)

Temperatur di Samudra Pasifik tengah dan timur telah memanas sejak 2017, menyebabkan topan terbentuk relatif jauh dari Taiwan dan Filipina yang terletak di barat, kata Nicholls.

Angin setir tingkat atas pada akhirnya mendorong badai ke utara, akhirnya memengaruhi Jepang, Korea Selatan, dan China timur. "Mereka memiliki lebih banyak waktu untuk mengarah dan menghantam ke utara dan timur laut," kata Nicholls.

Perairan Pasifik Barat relatif dingin pada tahun ini, yang berarti badai lebih sedikit terbentuk di dekat pantai timur Taiwan atau Filipina. Perairan hangat tetap berada di sekitar garis khatulistiwa.

Badai paling mematikan di Asia yang terjadi pada setiap tahun, termasuk topan super 2013 yang menewaskan 6.340 orang, sering mencapai Filipina.

Sebagian besar dari 21 topan di Asia pada 2019 telah mencapai Jepang, Korea Selatan dan China karena tren pergerakan ke utara. Siklon paling parah, Topan Hagibis, menewaskan 80 orang di Jepang timur pada awal Oktober.

"Pemanasan suhu lautan akan mendorong aktivitas badai siklon," ujar kelompok advokasi Union of Concerned Scientists dalam laporan Desember 2018. Laporan ilmiah lainnya mengatakan, suhu lautan akan membuat badai lebih kuat.

Temperatur laut naik karena air menyerap panas dari "peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer", terutama dari konsumsi bahan bakar fosil, menurut LSM International Union for Conservation of Nature.

 


Kasus Topan Lain

Ilustrasi topan badai di pesisir (AFP Photo)

Topan Mitag, badai terbesar di Taiwan pada 2019, hanya menyebabkan kerusakan tanaman senilai US$ 60,485 atau Rp 849 juta, demikian menurut temuan Dewan Pertanian Taiwan. Mitag melewati timur Taiwan pada 1 Oktober.

Dalam kasus yang lebih umum, Topan Soudelor yang menewaskan enam orang, membuat 300 penerbangan dibatalkan dan merugikan petani sebesar US$ 9,42 juta.

Di Filipina, cuaca kering mempercepat proyek-proyek infrastruktur tingkat kota yang curah hujannya tinggi, kata Jonathan Ravelas, kepala strategi pemasaran Banco de Oro UniBank di Manila.

Pemerintah negara itu sedang berupaya untuk memperbarui infrastruktur 5 tahun senilai US$ 169 miliar guna menarik investasi.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya