Liputan6.com, Caracas - Sistem barter memang pernah dilakukan dalam sistem jual beli, sebelum terciptanya alat pembayaran bernama uang. Namun, di Venezuela sistem ini kembali terjadi karena hiperinflasi yang membuat mata uang kertas, bolivar, sulit ditemukan.
Saat ini, pengendara di Venezuela mulai menggunakan rokok dan barang lainnya untuk membeli bensin. Pemilik mobil dan sepeda motor di negara tersebut memang telah lama menikmati bahan bakar murah yang disubsidi pemerintah. Dan dengan ekonomi yang berantakan, kini para pengemudi bisa membeli bensin dengan rokok, makan, bahkan permen.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir Washingtonpost, tanpa uang tunai di dompet mereka, pengemudi seringkali menyerahkan sekantong beras, minyak goreng, atau apa pun yang diterima petugas pom bensin.
"Anda bisa membayar dengan rokok," kata Orlando Molina, ketika mengisi bensin Ford Ka miliknya di salah satu stasiun pengisian bensin. "Bukan rahasia bagi siapa pun bahwa itu (mata uang bolivar) tidak ada artinya," tegasnya.
Bensin sangat murah sekali, sehingga petugas stasiun tidak tahu harganya. Pengemudi bahkan bisa membeli bensin dengan tangan kosong, yaitu hanya dengan melambaikan tangan, dan tidak membayar apa-apa. Sistem barter ini, walaupun mungkin membuat iri pengemudi yang kekurangan uang di luar negeri, hanyalah gejala lain dari kekacauan di Venezuela.
Negara Amerika Selatan yang berpenduduk sekitar 30 juta jiwa ini dicengkeram oleh krisis ekonomi dan politik yang semakin dalam. Lebih dari 4 juta warga Venezuela telah melarikan diri dari negara itu dalam beberapa tahun terakhir, untuk meloloskan diri dari upah rendah, rumah sakit yang rusak, layanan dasar yang terbengkalai, dan kurangnya keamanan.
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Inflasi Parah
Bank dunia atau IMF mengatakan, inflasi diperkirakan akan mencapai 200.000 persen tahun ini. Venezuela menghilangkan lima nol dari mata uangnya tahun lalu dalam upaya sia-sia untuk mengimbangi inflasi. Melonjaknya harga dengan cepat melahap denominasi baru.
Pecahan mata uang terkecil yang beredar, 50 bolivar, bernilai sekitar seperempat dolar AS. Bus kota dan bahkan bank tidak menerimanya, dengan alasan akan membutuhkan begitu banyak pecahan uang untuk membayar bahkan barang-barang paling sederhana yang tidak akan sepadan dengan nilainya. Pecahan terbesar, 50.000 bolivar, sama dengan US$ 2,50 atau Rp 35 ribu.
Venezuela, yang memiliki cadangan minyak terbesar dunia, pernah kaya. Tetapi kehancuran ekonomi membuatnya miskin, yang disebut oleh para kritikus akibat dua dekade korupsi dan salah urus di bawah pemerintahan sosialis.
Advertisement