Liputan6.com, Wittenberg - Pada 31 Oktober 1517, legenda mengatakan bahwa pendeta dan cendekiawan Martin Luther, mendekati pintu Gereja Kastil di Wittenberg, Jerman, dan memakukan selembar kertas berisi 95 pendapat revolusioner yang akan memulai Reformasi Protestan.
Dikutip dari History pada Kamis (31/10/2019) dalam tesisnya, Luther mengutuk ekses dan korupsi Gereja Katolik Roma, khususnya praktik kepausan meminta pembayaran - yang disebut "indulgensi" - untuk pengampunan dosa. Pada saat itu, seorang pendeta Dominika bernama Johann Tetzel, ditugaskan Uskup Agung Mainz dan Paus Leo X, berada di tengah-tengah kampanye untuk melakukan penggalangan dana besar di Jerman untuk membiayai renovasi Basilika Santo Petrus di Roma.
Advertisement
Meskipun Pangeran Frederick III yang Bijaksana telah melarang penjualan indulgensi di Wittenberg, banyak anggota gereja tetap melakukannya.
Ketika mereka kembali, mereka menunjukkan pengampunan yang telah mereka beli kepada Luther, mengklaim bahwa mereka tidak lagi harus bertobat dari dosa-dosa mereka.
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Luther Frustasi
Rasa frustrasi Luther dengan praktik ini membuatnya menulis 95 Tesis, yang dengan cepat diambil, diterjemahkan dari bahasa Latin ke bahasa Jerman dan didistribusikan secara luas. Salinan membuat jalan ke Roma, dan upaya mulai meyakinkan Luther untuk mengubah nadanya.
Dia menolak untuk diam, dan pada 1521 Paus Leo X secara resmi mengucilkan Luther dari Gereja Katolik. Pada tahun yang sama, Luther kembali menolak untuk menyangkal tulisannya di hadapan Kaisar Romawi Suci Charles V dari Jerman, yang mengeluarkan Edict of Worms yang terkenal yang menyatakan bahwa Luther seorang pelanggar hukum dan bidat dan memberikan izin bagi siapa saja untuk membunuhnya tanpa konsekuensi.
Dilindungi oleh Pangeran Frederick, Luther mulai mengerjakan terjemahan Alkitab dalam bahasa Jerman, sebuah tugas yang membutuhkan waktu 10 tahun untuk menyelesaikannya.
Sejarah lain mencatat, pada 31 Oktober 1984 menjadi salah satu tanggal yang dikenang oleh masyarakat India. Sebab sang Perdana Menteri (PM), Indira Gandhi dibunuh. Ia ditembak oleh pengawalnya sendiri ketika sedang berjalan-jalan di taman kediamannya di Safdarjung Road, New Delhi.
Dan pada 31 Oktober 2003 menjadi hari terakhir Mahathir Mohamad berkuasa di Malaysia. Dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Malaysia, setelah 22 tahun menjadi orang nomor satu di Negeri Jiran.
Reporter: Windy Febriana
Advertisement