Liputan6.com, Jakarta - Tawuran kembali pecah di Ibu Kota. Kali ini, di kawasan Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan yang memang sering terjadi tawuran.
Tawuran tersebut terjadi pada Selasa, 29 Oktober 2019 berakhir sekitar pukul 19.00 WIB. Akibat dari peristiwa tersebut, sejumlah perjalanan kereta mengalami gangguan.
Advertisement
Ini bukan kali pertama tawuran terjadi di Manggarai. Sebelumnya pada Rabu 4 September 2019, terjadi tawuran yang melibatkan tiga kelompok warga.
Tak hanya di Manggarai, ada juga kawasan lain yang kerap terjadi tawuran. Salah satunya adalah Tambora, Jakarta Barat.
Tawuran di Tambora pada Sabtu 26 Oktober 2019 itu bahkan memakan korban. Seorang anak di bawah umur menjadi korban pembacokan.
Berikut daerah-daerah di Jakarta yang kerap kali tawuran seperti yang dihimpun Liputan6.com:
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Manggarai
Tawuran antarwarga kembali terjadi di kawasan Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan. Tawuran yang terjadi pada Selasa, 29 Oktober 2019 berakhir sekitar pukul 19.00 WIB.
Akibat dari peristiwa tersebut, sejumlah perjalanan kereta pun mengalami gangguan. Seperti halnya untuk perjalanan antarkota ataupun commuter line yang melintasi Stasiun Manggarai.
Camat Tebet Dyan Airlangga mengatakan, tawuran antarwarga bermula dari saling ejek di media sosial. Selanjutnya, mereka saling menembaki petasan.
"Iya mereka komunikasi lewat media sosial, ejek 'apa lu apa lu'. Mereka awalnya pakai petasan," kata Dyan.
Dyan mengaku, dia sempat menemui anak-anak yang tengah berkumpul di kawasan Manggarai Selasa sore. Dia juga sempat mengajak anak-anak tersebut pulang ke rumahnya karena hari mulai petang.
Ia mengungkapkan, tawuran antarwarga di kawasan Manggarai pada hari itu terjadi dua kali. Tawuran sempat pecah sekitar pukul 17.00 WIB.
"Saya datang jam 5 sampai setengah 6 mereka kumpul. Tetap ada geng di medsos itu yang provokator, terus begitu sampai rumah pas Salat Magrib ternyata mereka tawuran lagi," kata Dyan.
Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi mengungkapkan tawuran yang terjadi di Manggarai yang melibatkan warga wilayah Menteng Tenggulun, Jakarta Pusat merupakan tradisi yang diturunkan antar generasi.
"Itu dendam lama. Sudah antargenerasi. Ini generasi yang kedua. Jadi, generasi pertama itu bapak-bapaknya," kata Irwandi seperti dikuti dari Antara di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat, 7 September 2019.
Irwandi mengaku pemerintah kota Jakarta Pusat telah melakukan pencegahan baik dari pengetatan keamanan hingga penyuluhan moral agar tawuran serupa tidak kembali terulang.
"Sudah kita coba semua, bikin pos, bikin pengamanan lewat CCTV, bikin kegiatan, sudah semuanya tapi memang ini kayaknya sudah mendarah daging," kata Irwandi.
Advertisement
Tambora
Anggota Polsek Tambora Jakarta Barat tengah memburu tersangka pembacokan dalam tawuran anak di bawah umur, Sabtu 26 Oktober 2019 dini hari.
"Sementara, hasil pengungkapan dapat diketahui pelaku pembacokan terhadap korban adalah berinisial TH," ujar Kanit Reskrim Polsek Tambora Ajun Komisaris Supriyatin di Jakarta, seperti dilansir dari Antara, Minggu, 27 Oktober 2019.
Dia mengatakan pelaku TH masih dalam pengejaran tim gabungan Unit Reskrim Polsek Tambora dan Unit Jatanras Polres Metro Jakarta Barat.
"Apapun alasannya dan siapapun pelakunya, kami akan proses hukum, demi untuk memberi efek jera. Jika tidak dihukum, nantinya akan berulang-ulang," ujar dia.
Tawuran anak di bawah umur ini terjadi di Kali Pojok Krendang Barat, Tambora Jakarta Barat. Ada satu yang meninggal.
"Korban diketahui bernama Diki Wahyudi (15), warga Angke Barat meninggal akibat luka bacok," ujar Kapolsek Tambora Komisaris Polisi Iver Son Mannosoh.
Anggota kepolisian pun mengelar operasi cipta kondusif untuk menangkap pelaku tawuran. Wilayah yang menjadi target operasi antaranya sekitar kawasan Krendang dan Rusun Angke, Tambora Jakarta Barat.
Dari hasil operasi tersebut di wilayah Krendang, 13 pemuda ditangkap. Selanjutnya, 13 pemuda dan satu perempuan diamankan di wilayah Angke.
Dari 27 pelaku yang diamankan dilakukan tes urine. Hasilnya, 4 orang positif ganja, 4 orang positif sabu, 13 orang positif tramadol, sedangkan 6 orang negatif.
Dari hasil operasi cipta kondusif tersebut, barang bukti yang dapat diamankan berupa satu bilah senjata tajam jenis celurit besi, dan satu karung batu yang digunakan tawuran.
Pesanggrahan
Tawuran pelajar kembali terjadi di wilayah Jakarta Selatan. Satu pelajar atas nama Muhammad Kindy (17) tewas saat dalam perawatan di Rumah Sakit Dr Suyoto, Pesanggrahan Jakarta Selatan.
Tawuran yang bermula dari keributan di media sosial juga pernah terjadi di depan Belleza, Jalan Jenderal Soepeno, Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada Sabtu 1 September 2018 dini hari. Tawuran ini juga menelan korban jiwa.
Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Indra Jafar menjelaskan, tawuran melibatkan tiga sekolah. Satu sekolah dari Jakarta Selatan. Sisanya dari Tangerang.
"Oknum pelajar dari salah satu sekolah yang ada di Kecamatan Kebayoran Baru diajak bergabung oleh oknum pelajar dari salah satu sekolah yang ada di Pamulang, Tangerang Selatan untuk tawuran dengan pelajar dari sebuah SMK di Tangerang," ujar Indra di kantornya, Kamis, 1 November 2018.
Perwakilan dari ketiga sekolah berkomunikasi melalui media sosial hingga sepakat bertemu di satu titik pada Rabu, 31 Oktober 2018 sekitar pukul 22.00 WIB. Lokasinya di kolong Deplu Raya Bintaro, Jakarta Selatan.
Di situ tawuran terjadi sampai salah satu pelajar bernama Muhammad Kindy mengembuskan napas terakhir. "Ada satu pelajar yang meninggal dunia," ujar dia.
Jajaran Reskrim Polsek Metro Pesanggrahan dibantu Polres Metro Jakarta Selatan bergerak cepat memburu terduga pelaku. Sebanyak, 36 pelajar dari tiga sekolah tersebut digelandang ke Polsek Metro Pesanggrahan.
"Awalnya kami jemput 4 orang di rumah. Kemudian melebar-lebar hingga totalnya 36 pelajar. Mereka campuran dari tiga sekolah," ucap Indra.
Advertisement
Petamburan
Wilayah Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat juga kerap menjadi lokasi tawuran di Ibu Kota. Contohnya saja pada 10 Juli 2012 silam.
Tawuran itu baru berhenti setelah dua jam kemudian. Meski sudah empat kali terjadi, penyebab tawuran masih belum diketahui.
Ketika tawuran, batu-batu dan botol-botol kaca, silih berganti beterbangan di udara. Dua kelompok warga di kawasan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat itu juga saling serang dengan bambu dan senjata tajam.
Dua kelompok warga ini masih bertetangga dan hanya dipisahkan oleh sebuah gang kecil. Meski tidak ada korban, tawuran dua kelompok warga di kawasan ini meresahkan warga.
Johar Baru
Tawuran juga kerap terjadi di Johar Baru, Jakarta Pusat. Perkelahian antarwarga ini sering kali terjadi di perbatasan antara Kampung Rawa, Tanah Tinggi, dan Galur.
Sehingga, jembatan yang menghubungkan Kampung Rawa dan Kota Paris di Kali Sentiong ditutup untuk memisahkan kedua kampung. Penutupan dilakukan pada Agustus 2017. Kedua ujungnya dibangun tembok semen, sehingga jembatan tersebut tidak bisa dilewati lagi.
Dulu jembatan tersebut merupakan salah satu akses yang paling sering dilalui warga. Sebab, jembatan yang hanya cukup untuk satu motor ini mengarah langsung ke Pasar Gembrong.
"Ini kayak jalur gitu. Paling cepet dari sini ke pasar. Biasa pada lewat sini. Makanya sering dilewati tawuran juga. Sebenarnya tawurannya enggak di sini. Di perempatan," jelas Rukayah, pemilik warung di Kota Paris dekat jembatan, Senin, 18 Desember 2017.
Rukayah bercerita, sebelum jembatan ditutup, tawuran memang kerap terjadi. Jembatan tersebut menjadi salah satu akses massa tawuran. Tawuran bukan hanya terjadi antara Kampung Rawa dan Kota Paris, tetapi juga wilayah lain yang sengaja tawuran di daerah tersebut.
"Dulu ya ramai, yang sini lari ke sana, sana lari ke sini. Bawa batu, petasan. Kadang sih juga bukan orang sini. Orang luar punya temen di sini, terus ajak-ajak. Saya sih sudah diam saja gitu," kata Rukayah.
Semenjak ditutupnya jalur utama tersebut, tawuran benar sudah tidak terjadi. Terakhir, tawuran pecah saat bulan puasa sebelum tembok dibangun.
"Sekarang enggak ada, terakhir waktu puasa kemarin. Kalau di tempat lain enggak tahu tapi kalau sini mah enggak, enggak ada," ujar Rukayah.
Warga lainnya, Rahmat (29) menceritakan hari-hari ketika masih sering terjadi tawuran. Dia sendiri pernah ikut tawuran belasan tahun yang lalu.
"Ya dulu hampir setiap hari. Anak-anak tanggung, anak SD, SMP, SMA. Anak-anak putus sekolah kan juga banyak. Kadang ya satu dua orang dewasa. Biasanya yang pengangguran," sebut Rahmat.
Penyebab tawuran sendiri sering kali sangat sepele dan kebanyakan orang yang terlibat tidak tahu-menahu penyebab tawuran.
Advertisement
Kampung Matraman dan Sekitarnya
Wilayah lainnya yang kerap menjadi lokasi tawuran adalah Matraman. Hingga periode 1990-an, wilayah ini terkenal 'angker'.
Di wilayah ini sering terjadi tawuran antara warga Palmeriam, yang dihuni kaum Betawi dan pendatang, dengan warga Bearland, yang merupakan anak kolong atau tangsi tentara.
Penyebabnya kadang sepele saja, misalnya perebutan lahan puteran alias Pak Ogah.
Karena itulah di sepanjang Jalan Matraman Raya hingga kini tak ada lagi puteran dan bahkan dipagari dengan pagar besi. Tujuannya tentu meminimalisasi konflik antara dua wilayah yang bertetangga itu.