Saat 20 None Jakarta Curahkan Perasaan dalam Rangkaian Kata

Lewat buku, para None Jakarta ingin meluruskan kesan bahwa mereka hanya berperan sebagai duta ibu kota saja.

oleh Putu Elmira diperbarui 01 Nov 2019, 05:03 WIB
Para None Jakarta dalam peluncuran buku 'Cerita, Cinta dan Cita-Cita: Kumpulan Kisah None Jakarta (1981-2016)' yang dilaksanakan pada Rabu (30/10/2019) di Perpustakaan Nasional Indonesia, Jakarta Pusat. (dok. Liputan6.com/Novi Thedora)

Liputan6.com, Jakarta - Titel Abang dan None Jakarta mungkin sudah tidak asing lagi di telinga warga Jakarta. Pemilihan Duta Jakarta ini merupakan salah satu pioner pageant di Indonesia mengingat sudah berlangsung sejak 1968. Tapi, apakah sempat terpikirkan tugas apa saja yang mereka emban?

Mungkin sebagian berpendapat bahwa tugasnya hanyalah menjadi duta DKI Jakarta untuk memperkenalkan pariwisata dan sektor lainnya. Ternyata, tak hanya sampai di situ. Meskipun telah selesai mengemban jabatan selama setahun, mereka memiliki tanggung jawab moral untuk terus menginspirasi.

Setelah bekerja sendiri-sendiri selama bertahun-tahun, pada 2017 para None Jakarta berkumpul dan memikirkan cara agar dapat membagikan kisah dan semangat inspiratif mereka melalui buku. Akhirnya, buku berjudul ‘Cerita, Cinta dan Cita-Cita: Kumpulan Kisah None Jakarta (1981-2016) diluncurkan pada Rabu, 30 Oktober 2019, di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat.

"Yang aku rasain, setiap aku ngumpul sama mereka, banyak hal yang bisa saya take home to. It's very important aspect yang perlu diceritain ke banyak orang. Nah, karena cuma ketemuan cuma ngobrol dan cerita, aku rasa kita bisa mulai mencoba sesuatu yang agak lebih permanen yaitu tulisan," ujar Orchida Ramadhania selaku None Jakarta 2002 sekaligus penggagas dan penyuting buku ini kepada Liputan6.com.

Dalam buku setebal 192 halaman ini, 20 alumni None Jakarta yang menjabat pada 1981 hingga 2016, yakni Sylviana Murni (1981), Romi Triana Herlambang (1988), Lula Kamal (1990), Deivy Zulyanti (2994), Fifi Aleyda Yahya (1995), Santi Dharmputra (1997), Dessy Ilsanti (1998), Valerina Daniel (1999), Rahma Alia (2001), Orchida Ramadhania (2002), alm. Rizka Ismailia P. I (2003), Hayu Sayektiningati (2005), Sussy Kusumawardhani (2006), Andara R. A (2007), Million Sekarsari (2008), Afiffa Mardhotillah (2012), Delicia Gemma S. M (2013), Vina A.M (2014), Muthia Khanza (2015) dan Yasmine Kurnia (2016) menceritakan kisahnya masing-masing. 

Ada kisah tentang ketidakyakinan pada diri sendiri, perjuangan yang dilalui, hingga pelajaran yang didapat selama mengemban tugas. Tidak melulu soal kecantikan, tapi bagaimana mereka harus bersikap dan siap atas segala tugas. Million Sekarsari, Afiffa Mardhotillah dan Delicia Gemma Syah Marita mengatakan bahwa menjadi none mengajarkan mereka tentang pengaturan waktu. Mereka harus mampu bertanggung jawab dan membagi waktu di kesibukan yang ada.

"Ini adalah life changing experience buat saya. Waktu kompetisi, saya bangun paling pagi, dandan paling bagi dan try my best," ungkap Million.

Para none juga mengatakan bahwa ajang ini memberikan mereka kesempatan yang luas. Meskipun mereka masih harus melakukan seleksi yang ada seperti orang biasa, titel yang pernah mereka bawa memberikan kesempatan lebih banyak ke berbagai bidang, seperti seniman, perhotelan atau jurnalis. Hal tersebut dikarenakan mental mereka juga digembleng menjadi lebih tahan banting.

"Jadi none membuat lebih tahan banting, karena kritikan datang dari berbagai sudut. Ada yang membangun, tapi ada juga yang tidak perlu didengarkan. Sesudah pensiun, kita jadi lebih bisa menyaring apa yang perlu didengar, apa yang tidak," kata Santi Dharmaputra selaku salah satu editor dari buku tersebut.

Pekerjaan menjadi seorang duta daerah bukan sesuatu yang mudah juga disetujui oleh Triawan Munaf, Mantan Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Dia mengatakan bahwa pemilihan Abang dan None Jakarta sebenarnya masuk dalam lingkup ekonomi kreatif. "Apa yang dilakukan sebagai none, pasti semuanya masuk ke ekonomi kreatif kok. Jadi, pergerakan ekonomi kreatif itu bukan hanya sekadar jabatan, tapi juga gerakan," tutur Triawan dalam sambutannya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Proses Pengerjaan

Para None Jakarta dan tamu undangan dalam peluncuran buku 'Cerita, Cinta dan Cita-Cita: Kumpulan Kisah None Jakarta (1981-2016)' yang dilaksanakan pada Rabu (30/10/2019) di Perpustakaan Nasional Indonesia, Jakarta Pusat. (dok. Liputan6.com/Novi Thedora)

Cerita pembuatan buku ini juga tak singkat. Meskipun dimulai pada 2017, tapi proses penyelesaian hingga terbit baru bisa dilakukan pada akhir Oktober 2019. Ocid (nama panggilan Orchida) mengatakan bahwa sebenarnya pengumpulan konten sudah selesai dilakukan sejak Maret 2018.

"Maret tahun lalu sebenarnya udah kita submit. Cuma ya proses editing, ilustrasi dan lain-lain, akhirnya baru keluar sekarang," tuturnya lagi.

Ocid mengatakan rasa kekeluargaan yang sudah terjalin lama antar None Jakarta memudahkan penulisan buku ini. Dalam buku Cerita, Cinta, Cita-Cita: Kumpulan Kisah None Jakarta (1981-2016) ini dituliskan bahwa mereka sebenarnya memiliki agenda tahunan saat bulan Ramadhan dan memiliki grup WhatsApp untuk terus menjalin silaturahmi.

Ketika ditanya mengenai kesulitannya, Ocid mengatakan bahwa tidak semua None Jakarta memiliki hobi menulis atau membaca. Hal tersebut yang memberikan sedikit kendala dalam proses penulisannya.

"Kalau ngumpulin, relatively lebih gampang karena kan zaman sekarang kita bisa lewat WA aja. Cuma ya karena satu, nggak semua orang passion-nya di baca tulis. Kedua, mereka juga gak pernah nulis atau nggak hobi baca. Jadi, paling itu sih tantangannya," tambah Ocid.

Namun, semua tantangannya berhasil dilewati dan buku tersebut mendapatkan pujian dari Mantan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo yang juga turut diundang dalam peluncurannya. "Menulis bukan suatu hal yang mudah, meskipun sudah bergelar master sekalipun. Tapi dengan tekadnya yang kuat, menjadi diri sendiri, mempertahankan kepribadian menjadikan semuanya berhasil menunjukkan hal tersebut," tukas Fauzi yang mengaku telah membaca buku tersebut.


Untuk Pemberdayaan Perempuan

Buku 'Cerita, Cinta dan Cita-Cita: Kumpulan Kisah None Jakarta (1981-2016)'. (dok. Liputan6.com/Novi Thedora)

Setelahnya, para None Jakarta ini berencana untuk mendidikan yayasan sehingga bisa menjangkau lebih banyak pihak. Ke depannya, mereka sedang merencanakan untuk membuat Literacy Fest dengan bekerja sama dengan MRT Jakarta.

"Ikatan Abang None Jakarta sekarang lagi kerja sama sama MRT. Kita lagi purpose untuk bikin Literacy Fest untuk anak-anak yang segmennya lebih muda, yang awalnya gak suka baca. Kita pengen memulai untuk kita coba untuk menjalankan ini," jelas Ocid lebih lanjut.

Mereka juga mengatakan bahwa hasil penjualan buku ini akan digunakan untuk memberdayakan perempuan, terutama ke perempuan yang kurang mampu. Hal ini dikarenakan Ocid merasa bahwa wanita sudah selayaknya saling mendukung dan menolong.

"Royalti dari buku ini pengennya kita alokasiin untuk women empowerment ke segmen perempuan yang lebih gak beruntung. Karena ada yang di bidang kuliner dan fashion, nanti mungkin akan lebih ke bidang itu," pungkasnya.

Buku Cerita, Cinta dan Cita-Cita: Kumpulan Kisah None Jakarta 1981-2016 ini sudah bisa didapatkan di toko buku Gramedia dan online seharga Rp89 ribu. (Novi Thedora)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya