Menjaga Silaturahmi Lewat Kue Apem ala Keraton Kanoman Cirebon

Kue Apem diyakini sebagian besar masyarakat Pantura Jawa Barat sebagai media penolak bala pada bulan Safar menurut kalender Jawa.

oleh Panji Prayitno diperbarui 31 Okt 2019, 09:00 WIB
Keluarga Keraton Kanoman Cirebon saat menggelar tradisi ngapem di hari rabu akhir bulan safar. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Ngapem merupakan salah satu tradisi yang dijalankan keluarga Keraton Kanoman Cirebon pada bulan Safar. Bagi warga Cirebon, bulan Safar dianggap bulan yang penuh kesialan.

Biasanya, cobaan dan bencana alam datang pada setiap akhir bulan Safar dalam kalender Jawa. Pembagian Kue Apem tersebut diyakini sebagai upaya menolak bala atau kesialan.

"Kita bagikan kue Apem ini di akhir bulan Safar setiap Rebo Wekasan menjelang memasuki bulan Mulud," ujar juru bicara Keraton Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina, Rabu (30/10/2019).

Pada tradisi ngapem tersebut, keluarga keraton beserta kerabat dan perwakilan tokoh masyarakat berkumpul. Mereka menyantap kue apem yang dibuat oleh Keraton Kanoman Cirebon.

Sebelum menyantap Kue Apem, beberapa rangkaian ritual harus dijalankan telebih dahulu, seperti memberian uang atau dalam tradisi Cirebon bernama Tawurji.

"Setelah Tawurji berdoa bersama keluarga kerabat dan masyarakat sekitar kemudian membagikan kue Apem untuk disantap bersama," ujar dia.

Ratu Arimbi menjelaskan, tradisi makan kue Apem pada Rebo Wekasan tersebut memiliki pesan tersirat, yakni menjaga silaturahmi dan mendapatkan berkah.

Pembagian Apem dilakukan pada Rebo Wekasan atau hari Rabu terakhir bulan Safar karena dianggap merupakan hari yang penting.

"Memiliki nilai kekeramatan dan kepercayaan turunnya ribuan musibah pada akhir bulan Safar. Maka dari itu berbagi Kue Apem di rebo wekasan," kata dia.


Sedekah

Kerabat hingga warga sekitar saat mengikuti tradisi ngapem bersama keluarga Keraton Kanoman Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Namun demikian, Ratu Arimbi menegaskan makna filosofis dari tradisi ngapem adalah sedekah. Keluarga Keraton berbagi kue apem dan melempar koin kepada masyarakat.

"Tawurji dan ngapem tidak bisa dipisahkan dan dijalankan pada hari yang sama," kata dia.

Pangeran Kumisi Keraton Kanoman Cirebon Pangeran Muhammad Rokhim menjelaskan, dalam tradisi ngapem, keluarga keraton bersama warga berdoa bersama di bangsal Paseban Keraton Kanoman Cirebon.

Doa tersebut sebagai bagian dari upaya manusia memohon kepada pencipta agar tidak ada bencana.

"Bulan Safar biasanya banyak kejadian yang tidak mengenakan yang melibatkan tokoh Islam. Seperti tragedi cucunya Rasul kan di Karbala pada bulan Safar," ujar dia.

Dia mengatakan, tradisi ngapem yang dirangkaikan dengan Tawurji hanya ada di Cirebon. Baik keraton maupun warga Cirebon pada umumnya membuat kue Apem untuk dibagikan gratis kepada masyarakat umum.

"Dulu ngapem dilakukan perorangan tiap akhir Safar orang mandi apem dan apemnya dikasih ke kucing atau binatang yang ada di sekeliling. Sekarang ngapem bareng warga sekitar," ucap dia.

Saksikan video pilihan berikut ini: 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya