Dinas Kesehatan Surabaya Siapkan Program Tekan Angka Penyakit Karies Gigi

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya menggalakkan pencegahan penyakit karies gigi yang seringkali menjadi momok pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Okt 2019, 15:00 WIB
Sejumlah anak menunjukkan sikat giginya saat memperingati Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia 2018 di SDN Tebet Timur 01 Pagi, Jakarta, Selasa (20/3). (Liputan6.com/Pool/Doni)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot) Surabaya mengharapkan angka penyakit karies gigi terus turun. Karies gigi merupakan penyakit yang menempati posisi ke-7 dari 10 penyakit yang paling banyak dikeluhkan masyarakat di puskesmas.

Oleh karena itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya menggalakkan pencegahan penyakit karies gigi yang seringkali menjadi momok pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini.

"Penyakit ini juga sangat rentan menyebabkan 'stunting' (kekerdilan), yakni suatu kondisi di mana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umurnya," kata Kepala Dinkes Kota Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Rabu, 30 Oktober 2019, demikian mengutip Antara.

Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang merusak struktur jaringan keras gigi yang ditandai dengan ada gigi berlubang. Penyakit itu sering ditemukan pada anak usia di bawah lima tahun karena pola asuh yang kurang tepat, seperti memberi makan atau minum pada malam hari, saat mendekati waktu tidur, dan mengonsumsi makanan atau minuman yang sifatnya manis serta lengket.

Dia menuturkan tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, terutama pada anak usia dini. Sebab, kata dia, jika tidak ditangani, penyakit itu dapat menyebabkan nyeri, kematian saraf gigi (nekrose), infeksi periapikal, serta infeksi sistemik yang bisa membahayakan penderita.

Selain itu, kata dia, jika penyakit ini ditangani, dapat membantu mempercepat proses bicara pada anak dan menumbuhkan kepercayaan diri anak. Bahkan, akan dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan gigi anak secara permanen.

"Makanya, kami melakukan berbagai program untuk menanggulangi penyakit ini," kata dia.

Febria mengatakan berbagai program dan pemeriksaan rutin terus dilakukan untuk mencegah penyakit itu. Namun, ia menuturkan, butuh kerja sama semua pihak untuk bersama-sama menjaga kesehatan rongga mulut.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Menempati Posisi ke-7

Dokter sedang memeriksa gigi siswa-siswi di di SDN Tebet Timur 01 Pagi, Jakarta, Selasa (20/3). Kegiatan ini digelar memperingati Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia 2018. (Liputan6.com/Pool/Doni)

Berbagai program itu, antara lain semakin gencar sosialisasi tentang kesehatan gigi dan mulut melalui poster, liflet, lembar balik gigi, dan phantom.

Selain itu, terus sosialisasi dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat umum, orang tua siswa, kader balita, guru PAUD, Kelompok Bermain (KB), TK, dan SD.

"Kami juga membuat program jejaring dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Biasanya dalam bentuk pelatihan kesehatan gigi dan mulut secara visual, sesuai standar bagi guru PAUD, KB, TK, dan SD," ujarnya.

Febria memastikan, Dinas Kesehatan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, baik dalam rangka memasuki tahun ajaran baru bagi peserta didik baru, maupun setahun sekali untuk kelas yang sedang berjalan.

Selain pelajar, menurut dia, ibu hamil juga menjadi sasaran pemeriksaan gigi, karena pemkot ingin mencegah penyakit karies sejak dini.

Apabila dalam pemeriksaan itu ditemukan ada anak yang menderita penyakit karies gigi, ia menuturkan, gurunya harus mendampingi dan mengantarkan anak didiknya ke puskesmas terdekat. Di puskesmas, anak tersebut akan mendapatkan pengobatan gigi dan mulut secara gratis.

Dinkes Kota Surabaya juga membuat inovasi pemicuan karies gigi bagi anak-anak TK A, seperti lomba poster dan yel-yel gigi sehat pada anak SD. Hal ini penting untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak SD atau yang sederajat tentang kesehatan gigi dan mulut.

"Lomba ini juga untuk meningkatkan kreativitas anak didik dalam membuat alat peraga, khususnya poster dan yel-yel (gerak dan lagu) kesehatan gigi dan mulut. Acara ini sudah kami gelar beberapa waktu lalu," katanya.

Berdasar data Dinkes Surabaya, karies gigi menempati posisi ke-7 dari 10 penyakit yang paling banyak dikeluhkan masyarakat di puskesmas. Dengan upaya Pemkot Surabaya serta dukungan para pihak dan masyarakat, angka penyakit karies gigi diharapkan terus menurun.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya