Facebook Uji Coba Panggilan Terenkripsi via Messenger

Facebook saat ini sedang menguji coba panggilan terenkripsi via Messenger.

oleh M Hidayat diperbarui 01 Nov 2019, 07:00 WIB
Ilustrasi Messenger

Liputan6.com, Jakarta - Facebook saat ini sedang menguji coba panggilan terenkripsi via Messenger.

Temuan ini diungkapkan oleh reverse engineer Jane Wong. Menurut Jane, uji coba ini baru terbatas pada panggilan VoIP di modus rahasia (Secret Mode) saja.

Namun di luar panggilan suara, Messenger memang telah menyematkan enkripsi untuk pesan teks di modus rahasia, tetapi saat ini, modus itu belum mendukung panggilan suara.

Sebagai perbandingan, WhatsApp, yang juga ada di bawah naungan Facebook, sudah menerapkan enkripsi secara menyeluruh, baik untuk pesan teks maupun panggilan suara. Penerapan enkripsi diyakini dapat menawarkan layanan komunikasi lebih aman. 

Di sisi lain, beberapa waktu lalu Mark Zuckerberg pernah mengatakan bahwa perusahaan akan menerapkan enkripsi pada semua layanan perpesanannya.


Bos Facebook Kritik TikTok Gara-Gara Sensor Konten

Diwartakan sebelumnya, CEO Facebook Mark Zuckerberg sempat menyinggung jejaring sosial berbasis video TikTok. Belum lama ini, dalam sebuah acara Zuckerberg mengkritik TikTok yang melakukan sensor konten tak hanya di Tiongkok, tetapi juga Amerika Serikat.

Bos media sosial raksasa ini mengkritik aplikasi yang dimiliki oleh perusahaan Tiongkok ByteDance itu. Mengutip laman Tech Times, Selasa (29/10/2019), Zuck menekankan konten-konten TikTok yang disensor adalah konten yang tidak mencitrakan pemerintah Tiongkok secara positif, termasuk mengenai konten yang berlangsung di Hong Kong.

"Layanan milik kami, seperti WhatsApp, digunakan oleh pengunjuk rasa dan aktivis di mana-mana karena perlindungan enkripsi dan privasi. Namun, aplikasi TikTok yang pertumbuhannya begitu tinggi di seluruh dunia, justru menyebutkan aksi protes di Hong Kong telah disensor, bahkan di AS," kata Zuckerberg.

Ia pun mempertanyakan, apakah internet yang semacam itu yang diinginkan oleh penggunanya.

September lalu, The Washington Post melaporkan, pencarian tentang Hong Kong di aplikasi tersebut menunjukkan "sedikit keresahan yang terlihat."

Hal ini memicu kecurigaan bahwa aplikasi tersebut memang membatasi video yang memperlihatkan protes di Hong Kong.

(Why/Ysl)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya