Mobil SUV Dianggap Mematikan, Mitos atau Fakta?

Banyak yang beranggapan bahwa mobil SUV adalah mobel paling mematikan jika terjadi kecelakaan. Benarkah demikian?

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Nov 2019, 12:04 WIB
Pekerja merakit mobil di pabrik VinFast, Haiphong, Vietnam, Jumat (14/6/2019). Dua produk baru yang ditawarkan oleh VinFast adalah sedan LUX A2.0 dan SUV LUX SA2.0. (Manan VATSYAYANA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak yang beranggapan bahwa mobil SUV adalah mobel paling mematikan jika terjadi kecelakaan. Benarkah demikian?

Mengutip hasil studi Insurance Institute for Highway Safety (IIHS), ternyata faktanya memang demikian. Potensi kematian saat tertabrak SUV bisa mencapai 28%.

Faktor Bobot dan Dimensi

Hal ini disebabkan bobot SUV yang cenderung berat. Selain itu, besarnya dimensi juga menjadi salah satu faktor yang berperan besar merusak struktur mobil lain.

Sebenarnya kemungkinannya berbeda-beda. Jika SUV menabrak sebuah sedan, tentu potensi kematian lebih besar dibanding saat terlibat insiden dengan mobil MPV atau pun sesama sedan.

Sekadar informasi, studi yang dilakukan oleh IIHS ini berdasarkan data kecelakaan di Amerika Serikat sejak tahun 1989 hingga 2016. Mobil SUV yang dipilih masih berusia 1-4 tahun.

Sumber: Otosia.com


Kapan Istilah SUV Mulai Populer di Indonesia?

Mobil berjenis SUV atau sport utility vehicle dinilai lebih gagah dibanding model lainnya. Model ini pun dipilih bagi yang ingin naik kelas dari LSUV atau LMPV.

Konsep SUV di negara Barat sudah dikenal sejak lama. Namun dalam kacamata pengamat otomotif Bebin Djuana, konsep awal SUV di Indonesia mulai dikenal di pertengahan tahun 1990-an.

 

"Di tahun 70an dan 80an, orang cuma mengenal jip. Baru di kisaran pertengahan tahun 90an, orang mengenal SUV," ujarnya.

Inspirasinya menurut Bebin adalah soal bagaimana Kerajaan Inggris merasa sebuah Land Rover dinilai kebesaran dan kepanjangan untuk kendaraan sang Ratu dan keluarga Istana Buckingham.

Akhirnya Land Rover kemudian membuat Range Rover agar besarnya dinilai pas buat anggota kerajaan. Langkah ini kemudian menjadi kompor bagi produsen lain yang kemudian melahirkan SUV.


Alasan Kehadiran SUV

Orang Indonesia asyiknya ramai-ramai, makanya yang laku adalah MPV. Sementara jalan di Indonesia ketika orang pakai MPV masih ada beberapa kendala, entah jalan rusak, lubang, dan sebagainya. Itulah kenapa SUV menjadi menarik, menjadi pilihan, ujarnya di tengah test drive media untuk SUV Glory 560 yang punya mode sport.

Untuk itulah mengapa banyak produsen otomotif yang menambahkan varian SUV 7 penumpang dalam lini produknya dari biasanya 5 penumpang. Ini karena orang Indonesia mau kendaraan yang bisa dimuati orang banyak, layaknya MPV.

Tren SUV akan terus naik, terutama yang menginginkan bisa dinaikin banyak orang. Jadi saya rasa arahnya akan ke sana. Tidak hanya untuk pria, wanita juga sekarang ini banyak memakai jenis-jenis SUV dari yang awalnya sedan, pungkasnya.

Sumber: Otosia.com

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya