Liputan6.com, Surabaya - Kurangnya penyebarluasan informasi seni, budaya dan sastra berimbas pada kemajuan dan masa depan para seniman. Hal tersebut disebabkan oleh mulai terkikisnya jumlah penonton dan kurangnya apresiasi dari kaum muda.
Merespons mirisnya fenomena tersebut, mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia (Sasindo) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) merintis ruang publikasi khusus seni, budaya dan sastra.
Dia adalah Muhammad Yusuf Awali Taufiqi mahasiswa angkatan 2017 bersama keempat rekannya ia meluncurkan official account yang diberi nama "Wara-Wara Project".
Baca Juga
Advertisement
Wara-Wara Project hadir menjawab keresahan pecinta dan pegiat seni, budaya dan sastra dalam mencari informasi pementasan. Hadirnya ruang publikasi tersebut memudahkan generasi z dan milenial dalam mendapatkan informasi hanya melalui gawai mereka.
"Motivasi saya mendirikan wara-wara project karena minimnya akses informasi seni, budaya dan sastra di Kota Surabaya. Hal tersebut dikarenakan tidak berada dalam komunitas atau lingkaran kesenian, seperti halnya para perantau dan orang asing yang tidak tahu lingkungan sekitar,” tegas Awali, Kamis, 31 Oktober 2019.
Minimnya apresiasi untuk industri kesenian disebabkan oleh pihak yang mendapatkan informasi tidak selalu datang melihat. Hal tersebut akan berimbas pada kemajuan dan perkembangan dunia seni, budaya dan sastra saat ini. Oleh karena itu, publikasi yang gencar secara modern harus dilakukan.
Awali mengakui modal awal dalam membangun Wara-Wara Project adalah relasi dan juga gawai yang sudah dimiliki. Dia menuturkan, saat itu menjadi mahasiswa baru UNAIR, lalu menawarkan di grup jurusan perihal Wara-Wara Project dan terdapat empat teman yang mau membantunya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Tujuan Wara-Wara Project
Tujuan Wara-Wara Project adalah untuk mengungkap sastra dari persembunyian, karena penyebaran sebelumnya hanya melalui mulut ke mulut dan poster. Hal tersebut tentu tidak akan terdeteksi di internet jika dicari.
"Rencana ke depan Wara-Wara Project tidak hanya menjadi ruang informasi, namun juga membantu sobat wara untuk berkarya. Seperti halnya membentuk loka karya dan di isi oleh sobat wara, lalu jika di Surabaya sudah terbentuk ekosistem ruang informasi kesenian, maka akan membangun di kota lain juga," ujar mahasiswa asli Surabaya tersebut.
Baru-baru ini Wara-wara Project berhasil menyabet juara I pada kompetisi Kemah Budaya Kaum Muda yang diselenggarakan Kemendikbud. Menurut Awali, mereka mengikuti kategori purwarupa aplikasi dan berhasil mendapatkan dana hibah 50 juta untuk pengembangan aplikasi Wara-Wara Project. Ia pun membagikan tips untuk menciptakan sesuatu.
"Lihat masalah di sekitar kalian dan pahamilah apa yang dibutuhkan, lalu pikirkan apa yang bisa kalian lakukan untuk mengatasi hal tersebut,” ujar dia.
Advertisement