Menelusuri Sejarah Kejayaan Pasar Turi Surabaya

Pasar Turi sudah tidak asing lagi bagi warga Surabaya maupun luar Surabaya. Pasar legendaris ini memiliki kisah sejarah yang panjang.

oleh Liputan Enam diperbarui 02 Nov 2019, 08:00 WIB
Pedagang terancam konflik Pasar Turi (Liputan6.com / Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Warga Surabaya, Jawa Timur pasti sudah tidak asing lagi dengan Pasar Turi. Pasar Turi adalah pusat perbelanjaan di Surabaya yang lokasinya tak jauh dari Tugu Pahlawan.

Berbagai macam produk mulai dari pakaian, boneka, hingga berbagai peralatan rumah dapat ditemukan di pasar ini. Barang tersebut pun dapat dibeli secara eceran atau pun grosir. 

Sebenarnya, pasar ini memiliki cerita yang panjang di Surabaya. Pasar Turi merupakan tempat transaksi tertua yang hingga kini masih eksis di Surabaya. 

Berikut adalah rangkuman sejarah Pasar Turi yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber: 

- Awal Kemunculan Pasar Turi

Melansir informasi dari merdeka.com, perjalanan Pasar Turi dimulai dari kisah pelarian Raden Wijaya yang diburu oleh pasukan Jayakatwang, Raja Kediri saat Keluarga Singosari dihancurkan. Saat itu Raden Wijaya dan pengikutnya melakukan pelarian ke Madura pada 1292. 

Setibanya di Desa Kudadu, buron Jayakatwang diantar warga setempat ke pangkalan perahu di Pejingan. Sejak saat itu, Pejingan berganti nama menjadi “Datar”, yang memiliki arti tempat berangkatnya sang buron.

Berjalannya waktu, Datar berganti menjadi Padatar lalu Padatari. Akhirnya tempat itu dipakai orang-orang dari brbagai daerah untuk bertukar barang layaknya pasar.

Orang-orang Madura  datang untuk membawa hasil buminya. Tak berbeda jauh dengan petani dari Sepanjang, Sidoarjo yang menjual hasil pertaniannya di tempat ini. Juga pedagang toak dari Gresik yang datang pula ke tempat tersebut.

Pusat perdagangan layaknya pasar, nama Padatari berubah menjadi Pasar Turi. Pasar ini pun dikenal hingga ke pelosok-pelosok daerah. Pasar ini pun dikenal menjadi tempat jual beli hasil pertanian.

Nama "Turi" dari pasar ini memiliki maknanya tersendiri. Melansir informasi dari @surabaya_historical, nama tersebut diambil dari nama tanaman. 

Dalam keterangan dari unggahannya, dahulu kawasan Pasar Turi, Surabaya banyak ditumbuhi dengan tanaman turi. Bunga dari tanaman turi biasanya dimakan untuk lalapan.  

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Barang Dagangan Beragam

Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saat Jepang datang dan berkuasa, Pasar Turi menjadi pusat perdagangan barang bekas. Warga dari berbagai kawasan datang ke sana untuk menjual barangnya ke rombeng atau loak lalu menjualnya kembali ke Pasar Turi.

Sejak saat itu, pada 1942-1945, Pasar Turi dikenal sebagai pasar loak. Pada 1950, kebakaran menimpa Pasar Turi. Untuk itu, para pedagang mulai menjual berbagai barang baru seperti sabun, kain, kompor dan lain-lain. 

Hal tersebut ditunjang pada 1960, Presiden Soekarno mengkampanyekan anti barang impor. Untuk itu banyak barang temuan baru mulai bermunculan dan pertama kali dikenalkan di Pasar Turi. Pasar Turi pun mengalami perkembangan pesat. 

Barang dagangan di Pasar Turi semakin beragam. Mulai dari dagangan basah dan kering, semuanya dapat ditemukan di sana. Bahkan pada 1969, Pasar Turi menjadi supplier barang keperluan baik daerah Jawa Timur atau pun luar Jawa seperti Bali dan Lombok. 

Masih informasi dari akun Instagram @surabaya_historical, Pasar Turi merupakan pinggiran Surabaya yang ramai dan strategis sebagai jalur menuju pelabuhan. Selain pasar, di kawasan tersebut banyak berdiri warung makan dengan harga terjangkau. 

Terdapat foto yang menunjukkan keadaan Pasar Turi tempo dulu yang tertata dengan rapi. Di sana terlihat terdapat kantor pengelola pasar sebagai ruang pantau untuk mengawasi situasi sekitar.

(Kezia Priscilla - Mahasiswa UMN)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya