Liputan6.com, Kampar - Suatu siang pada November 2017. Seperti biasa, Bripka Ralon Manurung melaksanakan tugas sebagai anggota Direktorat Lalu Lintas Polda Riau di Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di depan kantor gubernur.
Jalanan kala itu sangat sibuk. Kendaraan lalu lalang di hadapan Ralon. Seketika perhatiannya teralihkan ke sekelompok bocah-bocah membawa kardus donasi pembangunan sekolah di pedalaman Kabupaten Kampar.
Baca Juga
Advertisement
Bocah-bocah dimotori Riko Febputra itu merupakan murid SDN 010 Dusun Sialang Harapan, Desa Batu Sasak, Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Jaraknya ratusan kilometer dari Pekanbaru dengan mengarungi sungai, hutan dan jalan terjal tentunya.
Sejenak, Ralon teringat masa kecilnya ketika bersekolah dulu berbersusah payah. Pria kelahiran 1983 ini lalu merogoh koceknya memberi bantuan seadanya. Dan seperti biasa, Ralon pulang setelah melaksanakan tugas hariannya.
Keesokan harinya, Ralon kaget ketika pulang dinas menjumpai bocah-bocah tadi dan Rico ada di rumahnya. Ternyata, Rico merupakan teman istri Ralon saat kuliah dulu. Dari sini, Ralon mendapat gambaran buruknya kondisi sekolah itu.
"Intinya anak-anak ini perlu diperhatikan, saya menangis ketika itu. Sekolahnya saat itu berlantai tanah, berdinding kayu, beratap bocor, meja dan kursi belajar jauh dari kayak," cerita Ralon kepada Liputan6.com.
Beberapa hari berikutnya, Ralon menyempatkan berkunjung ke sekolah pedalaman tadi. Dia menyaksikan langsung beberapa murid belajar sambil duduk di atas tanah. Meja dan kursi ada beberapa, tapi tak bisa dipakai karena sudah lapuk.
Dia lalu menawarkan bantuan pembangunan sekolah dua ruangan itu. Buruh bangunan diusulkan dari warga sekitar dan Ralon menyanggupi pembangunan hingga selesai.
Ralon juga mencari langsung bahan bangunan di beberapa toko terdekat. Pembangunan berlangsung tiga pekan untuk memberi asal bagi sekitar 20 murid, 3 pengajar dan masyarakat sekitar mengeyam pendidikan.
"Begitu selesai ada tagihan pembangunan Rp 14,5 juta. Saat itu tabungan saya hanya Rp 12 juta, saya diskusikan dengan istri hingga akhirnya disepakati menjual perhiasan," jelas Ralon.
Dapat Perhatian Kapolda Riau
Ralon merasa bersyukur membantu sekolah yang berdiri sejak tahun 2006 itu. Saat ini, sekolah itu pun sudah ada 2 kelas yang lebih baik dan representatif dari sebelumnya. Kemudian sudah ada kamar mandi.
Sejak dibantu Ralon, sekolah itu banyak menarik perhatian. Sejumlah pihak ikut membantu memberikan bantuan buku, papan tulis, tas, meja serta kursi berlajar dan peralatan belajar lainnya.
"Jalannya sudah mulai ada pengerasan, relawan banyak berdatangan. Ada yang mau membangun perpustakaan juga di sampingnya," sebut Ralon.
Melihat kondisi sekolah saat ini, Ralon bahagia. Dia berharap sekolah yang disematkan marginal ini mampu membantu bocah-bocah di daerah pedalaman itu menjemput mimpinya dimasa depan.
"Puji Tuhan, saya ikhlas. Namanya membantu ya ikhlas, saya tidak berharap apa pun," imbuhnya.
Apa yang dilakukan Rolan ini mendapat perhatian dari Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi. Dia menyempatkan diri ke sekolah itu melalui jalur udara dan menempuh jalur darat cukup berliku agar sampai ke lokasi.
Berada di lokasi, Agung meminta agar tidak ada lagi penyebutan sekolah marjinal. Dia ingin mengganti sebutannya dengan sekolah harapan karena marginal memiliki makna terpinggirkan.
"Alangkah baiknya istilah tersebut diganti dengan menyebut Sekolah Harapan. Tidak hanya harapan desa dan adik-adik namun juga harapan Indonesia," kata Agung, Jum'at, 1 November 2019.
Simak video pilihan berikut:
Advertisement
Jadi Guru Matematika
Berkunjung pada Kamis siang, 31 Oktober 2019, Agung menyempatkan diri menjadi guru matematika bagi bocah-bocah yang tinggal di bawah kaki deretan Bukit Barisan, Dusun Sialang Harapan.
"Saya ajarkan bilangan baris kepada anak-anak, mereka cerdas dan pintar-pintar. Mereka pandai matematika, ini modal memperoleh ilmu lebih tinggi dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari," ungkap pria berbintang dua di pundaknya ini.
Lulusan Akpol 1988 ini memberikan kesempatan kepada bocah berbatik lengan dipadukan celana merah panjang, bernama Afrizal, memakai topi yang sehari-hari dipakai Agung bertugas. Bocah tadi juga memegang tongkat komando Agung memimpin Polda Riau.
"Saya ingin jadi seperti Bapak, ingin jadi polisi, jika saya besar nanti. Itu cita-cita saya Pak," kata Afrizal disambut dengan suara tawa dan tepuk tangan.
"Suatu hari semoga bisa menggantikan Kapolda" jawab Agung.
Agung juga bangga dan mengapresiasi pembangunan kelas di SD itu ada peran Bripka Ralon. Agung berharap apa yang dilakukan Ralon berdampak lebih luas kepada masyarakat di Riau.
"Ini adalah aksi natural dan nyata dari seorang Bintara membangun sekolah ini menggunakan uang tabungannya. Ini sangat luar biasa, inilah nilai kita untuk saling membantu ketika saudara kita kesusahan," kata Kapolda.
Selama Agung berada di sekolah tersebut, tidak hanya murid-murid saja antusias, namun juga para orang tua murid termasuk warga.