Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog akan merapkan digitalisasi penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) untuk masyarakat miskin, dengan memanfaatkan teknologi digital.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan, Bulog telah mengembangkan bisnis ke arah digital (e-commerce) untuk mendukung penjualan bahan pokoknya hingga ke tangan konsumen, dengan menggunakan aplikasi transaksi bernama Panganandotcom.
Melalui aplikasi tersebut, penjualan digital memudahkan masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan bahan pokok, tanpa harus pergi ke pasar.
“Masyarakat tinggal pesan secara online dan pengiriman dilakukan langsung ke rumah pembeli,” kata Budi, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (1/11/2019).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Budi, dengan pemasaran bahan pokok melalui platform online akan memotong rantai pasok distribusi, sehingga bisa mengurangi kesempatan tengkulak dalam memainkan harga pasar dan menekan jumlah mafia pangan yang ingin mendapatkan keuntungan.
Atas kelebihan tersebut, Bulog mengusulkan ke pemerintah, untuk penyaluran BPNT menggunakan aplikasi digital untuk menyaluran BNPT, sehingga penerima bantuan tepat sasaran dan jumlah. Melalui aplikasi ini masyarakat juga tidak perlu mengantri dan mendatangi gerai penyaluran BNPT, sebab bantuan akan datang ke penerima.
"Ini pengembangan BPNT dan kedepan jadi kartu sembako ini untuk mengindari mafia mengambil keuntungan," ujarnya.
Bulog pun berencana membuat 12 paket bahan pokok untuk BNPT, agar masyarakat yang menerima berhak memiliki bahan pokok sesuai dengan kebutuhanya.
Untuk mengatasi keterbatasan akses digital pada masyarakat kurang mampu dalam penyaluran BNPT agar tepat sasaran, Bulog akan melibatkan Ketua RT dan RW melakukan pendataan masyarakat yang berhak menerima bantuan.
"Saya bekerja dengan Kemendagri untuk data BNPT. Supaya itu betul-betul manfaatnya dirasakan sodara kita yang butuh. Masyaraat tidak perlu punya android, melalui RT RW saya akan libatkan," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bulog Masih Serap 3 Ribu Ton Beras per Hari
Perum Bulog menyatakan, saat ini masih ada beberapa wilayah di Indonesia yang masih bisa merasakan musim panen dan mampu memproduksi beras hingga sekitar 3 ribu ton per hari.
"Ada beberapa wilayah yang masih panen. Diantaranya ada di beberapa wilayah di Lampung, di beberapa wilayah di Sulawesi itu masih. Itu yang sekarang kita serap, rata-rata per hari masih bisa mencapai 3 ribu ton," ungkap Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso di kantornya, Jakarta, Selasa (24/9/2019).
Kendati demikian, pria yang akrab disapa Buwas ini melanjutkan, pihaknya tetap menyiapkan 1,2 juta ton beras. Dari jumlah tersebut, 500 ribu ton diantaranya dipakai untuk persiapan terjadinya musim kemarau berkepanjangan, dan 700 ribu ton lainnya untuk penyaluran Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT).
"Kita masih punya stok, 1,3 juta ton, kalau itu (1,2 juta ton) terpakai semua. Tapi kan kita sampai hari ini masih bisa menyerap di beberapa daerah produksi beras. Rata-rata sehari 3 ribu ton," sambungnya.
Berdasarkan data milik Perum Bulog, harga beras IR-64 III di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) di tingkat grosir sebesar Rp 9.025 per kg. Sedangkan pantuan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) menyebut bahwa harga beras medium II di tingkat eceran adalah sebesar Rp 11.550 per kg.
Sementara berdasarkan hasil pencatatan harga oleh Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan bahwa harga beras secara umum di tingkat konsumen mulai mengalami tren kenaikan walaupun tidak signifikan.
Memperhatikan pola pergerakan harga beras tahunan yang menunjukkan tren kenaikan sampai akhir tahun, Buwas melanjutkan, hal ini harus diantisipasi melalui kegiatan operasi pasar dalam rangka menjaga Ketersediaan Pasokan dan Stabilitas Harga (KPSH) yang massive, sehingga kenaikan harga menuju akhir tahun dapat dikendalikan sedari dini.
"Kita punya stok yang cukup. Jadi untuk operasi pasar ini kita tinggal mengantisipasi dan siapkan dari jauh hari. (Beras) medium-premium kita jual, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Jadi masyarakat membutuhkan premium ya kita siap, medium juga kita siap," tutup Buwas.
Advertisement