Liputan6.com, Jakarta - Pada 30 Oktober 2019, akun Facebook bernama Charry Charli mengunggah enam foto.
Ada foto yang menunjukkan seorang perempuan dengan bercak di kulit wajah, tangan, serta kakinya. Juga ada foto yang menunjukkan bangkai babi, juga dengan bercak di kulitnya.
Advertisement
"Hati2 ya guys Untuk jgn makan BABY," demikian narasi yang menyertai unggahan tersebut.
Akun tersebut juga mengunggah gambar tangkapan layar pesan WhatsApp yang menyebut ada 'gejala penyakit babi'.
"Areal Medan dan sekitarnya Stop beli daging babi untuk dimasak dan dimakan. Atau untuk dijual. BERBAHAYA. Ada Wabah Virus mematikan manusia," demikian cuplikan isi percakapan WA tersebut.
Hingga berita ini diturunkan unggahan akun Facebook Charry Charli telah dibagikan sebanyak 473 kali.
Benarkah ada penyakit babi yang sedang mewabah, yang bisa mematikan manusia?
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim tersebut dari salah satu foto yang diunggah akun Facebook bernama Charry Charli.
Penelusuran gambar menggunakan Google Reverse Images mengarah ke sejumlah konten berbahasa Vietnam:
Salah satunya adalah artikel berjudul, Việt Nam chống chọi với dịch tả heo châu Phi (Vietnam berjuang mengatasi demam babi Afrika), yang dimuat BBC Vietnam pada 11 September 2019.
Sementara, gambar yang sama juga dimuat situs www.phunuonline.com.vn dalam artikel berjudul Tả heo châu Phi không lây sang người, sao cấm ăn heo bệnh?.
Dengan bantuan Google Translate, dalam artikel itu disebutkan, di sosial media beredar imbauan boikot daging babi. Alasannya, pihak berwenang sengaja menyembunyikan informasi soal bahaya demam babi Afrika atau African swine fever (ASF) ke manusia.
Faktanya, menurut artikel tersebut, gambar-gambar yang beredar dari media sosial adalah pasien korban infeksi streptococcus karena memakan blood puding atau makanan yang dibuat dari darah hewan beku.
Situs Al Jazeera dalam artikel berjudul, African swine fever keeps spreading across Asia yang dimuat pada 31 Oktober 2019 menyebutkan, African swine fever diperkirakan akan menyebar ke seantero Asia dan tak ada negara yang kebal terhadap virus mematikan bagi binatang itu.
Sejauh ini negara-negara terdampak wabah ini di Asia adalah China, Vietnam, Kamboja, Laos, Korea dan Filipina.
Meski mematikan bagi binatang, African swine fever tak berbahaya bagi manusia.
World Organisation for Animal Health (OIE), dalam situsnya, juga menegaskan bahwa African swine fever tidak berisiko pada kesehatan manusia.
Apakah African swine fever sudah menyebar hingga Indonesia?
Sejauh ini belum ada informasi sahih soal itu. Dalam artikel berjudul Puluhan ekor babi mati di Kupang, tapi bukan karena virus ASF yang dimuat Antara pada Jumat 1 November 2019, disebutkan bahwa Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Dani Suhadi, mengemukakan kasus kematian puluhan ekor babi milik warga di Kota Kupang tidak disebabkan serangan virus African swine fever (ASF) atau demam babi Afrika.
Advertisement
Kesimpulan Klaim
African swine fever (ASF) adalah penyakit yang sangat mematikan bagi babi. Namun, World Organisation for Animal Health (OIE), menegaskan bahwa demam babi Afrika tidak berisiko pada kesehatan manusia.
Foto-foto yang diunggah akun Facebook bernama Charry Charli tidak menunjukkan kondisi manusia yang terserang ASF, melainkan korban infeksi streptococcus karena memakan blood puding atau makanan yang dibuat dari darah hewan beku.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. Facebook tidak terlibat dalam pengambilan keputusan terkait cek fakta dalam Liputan6.com.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement