Liputan6.com, Jakarta Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim Persatuan Bangsa-bangsa (PBB), COP25 (Conference of Parties) akan digelar di Madrid, Spanyol, sebagaimana diumumkan PBB pada Jumat 1 November 2019.
Hal itu terjadi usai Chile batal jadi tuan rumah untuk penyelenggaraan konferensi tersebut. Presiden Chile, Sebastian Pinera memutuskan untuk membatalkan konferensi pada Rabu 30 Oktober 2019.
Advertisement
Keputusan tersebut imbas dari kerusuhan yang terjadi di negara dengan ibu kota Santiago itu, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (2/11/2019).
Puluhan orang terbunuh dan terluka dalam minggu-minggu kerusuhan. Mereka menuntut pada masalah sosial dan ketidaksetaraan ekonomi yang terjadi.
Tahun Krusial
Usai Chile mundur, ada kekhawatiran bahwa pembicaraan tahunan/konferensi mungkin harus ditunda atau bahkan ditinggalkan.
Namun, Pejabat Tinggi PBB untuk Perubahan Iklim, Patricia Espinosa mengeluarkan pernyataan singkat bahwa COP25 akan tetap berlanjut.
Bukan di Chile, COP25 akan tetap diselenggarakan pada tanggal 2-13 Desember 2019 tetapi di Madrid, Spanyol.
Terlepas dari itu, pembicaraan tahun ini sangat penting untuk mempraktikkan perjanjian Paris 2015. Serta, untuk membuka jalan bagi konferensi krisis di Inggris tahun depan, di mana tanggapan jangka panjang atas darurat iklim akan diputuskan.
Banyak dari komitmen nasional dunia untuk memangkas gas rumah kaca dipatok/diberi tenggat hingga batas waktu 2020. Sehingga, jika komitmen baru nantinya ditetapkan maka tahun depan akan menjadi sangat penting.
Advertisement
Tanggapan Aktivis Iklim
Sementara itu, beberapa pihak turut memberi respon atas pembatalan dan pemindahan konferensi ke kota serta benua lainnya.
Pemimpin iklim global di Christian Aid, Katherine Kramer salah satu yang menyayangkan atas penggantian tuan rumah penyelenggaraan KTT itu.
"Sayang sekali bahwa COP25 tidak akan diadakan di Amerika Latin untuk menyoroti beberapa dampak iklim yang parah yang mempengaruhi wilayah tersebut, tapi mudah-mudahan KTT Madrid akan mampu mengingatnya.” kata Katherine.
"Penghargaan harus diberikan kepada pemerintah Spanyol karena menawarkan bantuan dalam waktu sesingkat itu ... tetapi itu menunjukkan betapa pentingnya negara-negara memandang proses PBB untuk mengatasi perubahan iklim sehingga mereka siap melakukan semua yang mereka bisa untuk menjaga agar pembicaraan tetap pada jalurnya," tambahnya.
Selain itu, Direktur Eksekutif sementara Climate Action Network, Tasneem Essop juga turut memberi komentar perihal KTT COP25 yang akan digelar kelak di Negeri Matador tersebut.
"Kami berharap semua langkah akan diambil ... untuk membuat akses ke COP ini adil dan inklusif," kata Tasneem Essop.
"(Ini) penting bahwa ada partisipasi penuh dari aktivis iklim dan pengamat dari berbagai belahan dunia untuk COP25 di mana negosiasi penting pada perjanjian Paris akan dilakukan," tutupnya.
Beberapa aktivis yang berlayar ke Chili dari Eropa berencana untuk melanjutkan perjalanan mereka. Salah satunya aktivis iklim Swedia yang memicu pemogokan mahasiswa global, Greta Thunberg telah melakukan perjalanan jauh hingga Los Angeles tanpa terbang. Serta, ia berencana untuk melanjutkan ke Santiago pada waktunya untuk konferensi.
Namun, usai diumumkan perubahan tuan rumah pada Jumat 1 November 2019, Greta mengajukan permohonan bantuan kembali ke Eropa tepat waktu untuk menghadiri KTT iklim tersebut melalui cuitan dalam media sosial Twitter miliknya.
"Ternyata aku sudah melakukan perjalanan keliling dunia, dengan cara yang salah," cuitnya.
"Sekarang saya perlu menemukan cara untuk menyeberangi Atlantik pada bulan November ... Jika ada yang bisa membantu saya menemukan transportasi saya akan sangat berterima kasih,” tambah Greta.
Reporter: Hugo Dimas