Liputan6.com, Jakarta - Seorang pembuat jam di kota Bandung, Jawa Barat, punya langkah dalam keberlanjutan (sustainability). Salah satu cara yang dilakukannya dengan membuat jam tangan yang terbuat dari akar jamur.
Kulit miselium berserat dan kuat, namun lentur dan tahan air, dan telah disebut-sebut sebagai alternatif ramah lingkungan untuk produk sintetis atau kulit alami yang terbuat dari kulit binatang.
Baca Juga
Advertisement
Erlambang Ajidarma, kepala penelitian di Mycotech, start-up memasok kulit miselium untuk membuat tali pergelangan tangan, mengatakan timnya terinspirasi oleh tempe, hidangan gurih tradisional Indonesia yang dibuat dari fermentasi kacang kedelai dengan fermentasi.
“Akhirnya kami menemukan satu jamur dengan miselium yang dapat dibuat menjadi bahan pengikat,” kata Ajidarma, seperti dikutip dari Reuters, Jumat, 1 November 2019, setelah menguji beberapa jenis jamur yang berbeda sejak 2016.
Sekarang, perusahaan menumbuhkan jamur pada serbuk gergaji dan kemudian memanen kulitnya. Setelah mengikis serbuk gergaji, ia dikeringkan dan kemudian dipotong dengan berbagai ukuran, tergantung pada penggunaannya.
Prosesnya pembuatannya membutuhkan waktu sekitar tiga minggu untuk membuat bahan 10 meter persegi. Bagi Ajidarma hal tersebut sepadan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Biaya Pembuatan
Biaya pembuatan miselium kulit lebih murah daripada membuat kulit sintetis berbasis minyak bumi, katanya, dan proses pembuatan miselium menghasilkan sebagian kecil karbondioksida yang dipancarkan oleh sapi yang dibunuh untuk membuat kulit asli.
Tim Ajidarma juga menggunakan pewarna yang diekstraksi dari daun, akar dan sisa makanan untuk mewarnai kulit miselium, yang menurut mereka menyerap pewarna lebih cepat daripada kulit yang terbuat dari kulit binatang.
Perusahaan pembuat arloji Pala Nusantara memotong dan menjahit kulit ke tali untuk jam tangannya, yang dibuat dengan bezel kayu.
Jam tangan itu, dihargai antara Rp900 ribu dan Rp1,3 juta, sebagian besar produk tersebut dijual secara online, kata Andang Maulana Syamsuri, direktur pelaksana Pala Nusantara.
"Saya sangat tertarik dengan arloji yang terbuat dari bahan alami dan tanaman karena saya alergi terhadap beberapa yang saya beli di masa lalu," kata Nurcholis Irvan, seorang pelanggan di sebuah toko arloji di Jakarta.
Advertisement