Liputan6.com, Jakarta - Kondisi kolam segaran di Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur kini mengering. Hal ini berbeda ketika di masa Kerajaan Majapahit. Kolam yang berfungsi sebagai "teknologi pengairan" di masa Kerajaan Majapahit itu tidak pernah kering.
Kolam yang dibangun pada kisaran abad ke-15 di Trowulan ini sebagai hilir sistem air teknologi lokal untuk mengatasi kekeringan di musim kemarau dan banjir saat musim hujan. Kolam segaran ditemukan pada 1926 dalam kondisi tertimbun tanah. Kemudian dipugar pertama kali pada 1966 dan pemugaran kedua dilakukan pada 1974.
"Kolam segaran dulu memiliki fungsi untuk pengendalian banjir serta mengatasi kekeringan saat musim kemarau," ujar Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, demikian dilansir Antara, Senin, 28 Oktober 2019.
Baca Juga
Advertisement
Namun, kolam segaran kini mengering. Kemarau panjang membuat kolam berukuran sekitar 375x175 meter dengan kedalaman kurang lebih tiga meter tersebut mengering sejak tiga bulan terakhir. Wicaksono menuturkan, kondisi kolam segaran yang mongering sudah terjadi dalam tiga tahun terakhir terutama saat masuk musim kemarau.
Saat ini, di kolam hanya tersisa sedikit air di dalam kolam, terutama di bagian tengah dan sudut utara kolam. Sebagian dasar kolam yang sudah tidak tertutup air pun terlihat berupa hamparan tanah yang pecah-pecah akibat mengering. Struktur batu bata kuno juga sangat jelas terlihat hingga bagian dasar kolam segaran.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Berasal dari Situs Balong Bunder
Air di kolam segaran ini berasal dari situs Balong Bunder yang terletak sekitar 100 meter di sebelah selatan kolam. Wicaksono menuturkan, air dari kolam segaran mengalir dari sisi utara kolam menuju ke sungai dan selanjutnya menuju ke sawah-sawah.
"Akan tetapi banyak kanal, saluran air masuk ke kolam segaran yang sudah tertutup tanah atau beralih fungsi. Mungkin itu bisa menjadi penyebab (kolam segaran kering),” ujar dia.
Ia menambahkan, selain itu bisa juga disebabkan degradasi tanah yang ada di sekitar kolam segaran. Namun, apa pun asumsi yang muncul terkait keringnya kolam segaran tiga tahun terakhir saat musim kemarau, ia menuturkan, tetap harus ada pembuktian secara ilmiah soal asumsi-asumsi itu. “Apapun asumsinya, perlu ada penelitian lebih lanjut terkait masalah ini,” kata dia.
Advertisement