Liputan6.com, Tal Abyad - Sebuah bom yang berada di dalam mobil meledak dan menewaskan setidaknya 13 orang di kota perbatasan yang dikuasai Turki di timur laut Suriah pada Sabtu 2 November. Bom tersebut meledak tepat saat ribuan orang Kurdi di wilayah tersebut melakukan unjuk rasa.
Dilansir dari AFP pada Minggu (3/11/2019), bom tersebut mengoyak Tal Abyad, salah satu dari beberapa kota yang dikuasai Kurdi namun direbut Turki pada bulan lalu, dalam serangan mematikan di lintas perbatasan.
Advertisement
Ledakan itu terjadi meskipun gencatan senjata pekan lalu untuk menghentikan serangan Turki yang dimulai pada 9 Oktober dan memicu bencana kemanusiaan terbaru dari perang delapan tahun Suriah.
Kementerian pertahanan Turki mengatakan 13 warga sipil tewas dalam serangan itu.
"Untuk menggusur pemilik tanah yang sebenarnya dan untuk menampung pengungsi Suriah di Turki ke rumah mereka di NE Syria, tentara Turki dan kuasanya sekarang menciptakan kekacauan di Til Abyad dengan ledakan yang menargetkan warga sipil," Mustafa Bali, juru bicara pimpinan Kurdi Pasukan Pertahanan Suriah tweeted.
"Turki bertanggung jawab atas korban sipil di wilayah yang dikontrolnya," katanya.
Simak Video Pilihan Berikut:
Turki dan Rusia Teken Kesepakatan
Sebelumnya, Turki dan Rusia telah menyetujui apa yang mereka sebut kesepakatan "bersejarah" yang bertujuan menjauhkan pasukan Kurdi dari perbatasan Suriah - Turki.
Pada bulan ini, Turki melancarkan serangan untuk mengusir pasukan Kurdi dari Suriah bagian utara dan timur laut guna menciptakan zona penyangga (buffer zone). Wilayah itu nantinya akan digunakan untuk memukimkan kembali hampir sekitar 3,5 juta pengungsi perang Suriah yang saat ini berada di sana.
Rusia merupakan sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad. Moskow mengkhawatirkan tentang campur tangan asing di Suriah.
Turki dan Rusia sekarang akan melakukan patroli bersama di perbatasan, menurut kesepakatan terbaru tersebut, seperti dikutip dari BBC, Rabu 23 Oktober 2019.
Beberapa jam setelah kesepakatan diumumkan, Turki mengatakan tidak akan lagi meluncurkan kembali operasi militernya di sana, yang beberapa hari terakhir telah ditunda karena gencatan senjata berkat mediasi Amerika Serikat, ketika pejuang Kurdi telah menarik diri dari "zona penyangga" Turki.
Pada 9 Oktober, Turki melancarkan operasi militer ofensif ke kantung wilayah Kurdi di Suriah bagian utara dan timur laut, menyusul penarikan mendadak pasukan AS yang berkoalisi dengan Kurdi dari sana.
Koalisi pimpinan-AS mengandalkan pasukan pimpinan Kurdi untuk memerangi gerilyawan ISIS di Suriah utara selama empat tahun terakhir, tetapi mereka didominasi oleh milisi Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) yang dianggap Turki sebagai organisasi teroris.
Setelah ofensif 9 Oktober, Turki telah merebut sebidang tanah sepanjang 120 km antara kota Ras al-Ain ke Tal Abyad untuk menciptakan "zona penyangga" untuk memukimkan kembali hingga dua juta pengungsi yang saat ini berada di Turki.
Rusia telah sepakat untuk mengizinkan operasi Turki, menghilangkan risiko konflik antara kedua belah pihak.
Pernyataan dari Rusia dan Turki mengatakan bahwa pasukan Kurdi "akan dipindahkan" dari kota Manbij dan Tal Rifat --keduanya terletak di luar wilayah operasi.
Milisi Kurdi belum mengindikasikan apakah mereka akan menyetujui tuntutan itu.
Reporter: Windy Febriana
Advertisement