Wamenag Sepakat Istilah Radikalisme Diganti Manipulator Agama

Zainut menyatakan, radikalisme tidak ada korelasinya sama sekali dengan ajaran agama.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Nov 2019, 17:44 WIB
‘Bawor Dadi Ratu’ lakon wayang kulit yang digelar di Lapangan Desa Wanatirta, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, (7/10/2018).

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid tak mempermasalahkan narasi radikalisme diubah menjadi manipulator agama. Dia  mendukung langkah Presiden Jokowi dalam menghilangkan segala potensi pemecah belah bangsa.

“Semangat Bapak Presiden memahami agama itu dalam konteks yang benar. Karena benar, agama itu hadir untuk memberikan kedamaian," kata Zainut Tauhid di kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat seperti dikutip dari JawaPos.com, Minggu (3/11/2019).

Zainut menyatakan, radikalisme tidak ada korelasinya sama sekali dengan ajaran agama. Justru, agamalah yang memandu manusia untuk hidup dalam ketentraman, kedamaian, dan menyatukan seluruh manusia.

“Agama hadir untuk memberikan kasih sayang, agama hadir untuk mempersatukan kita, bukan memecah belah kita,” jelasnya.

Usulan Presiden Jokowi mengubah radikalisme menjadi manipulator agama disampaikan saat memimpin rapat terbatas terkait penyampaian program dan kegiatan bidang politik, hukum, dan keamanan di Kantor Presiden Jakarta, Kamis 31 Oktober 2019 . Jokowi mengatakan perlu ada upaya serius untuk mencegah meluasnya aksi radikalisme.


Serahkan ke Menko Polhukam

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lalu melempar wacana mengubah istilah radikalisme dengan manipulator agama. Jokowi menyerahkan kepada Menko Polhukam Mahfud MD untuk mengkoordinasikan hal ini.

"Atau mungkin enggak tahu, apakah ada istilah lain yang bisa kita gunakan, misalnya manipulator agama. Saya serahkan kepada Pak Menko Polhukam untuk mengkoordinasikan masalah ini," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya