Liputan6.com, Jakarta - Sebuah survei nasional yang dilakukan pada 2018 oleh pemerintah Amerika Serikat mengungkap hal yang mengejutkan, khususnya bagi para ilmuwan.
Berdasarkan survei tersebut, hanya 66 persen warga berusia 18 hingga 24 tahun yang yakin bahwa Bumi itu bulat -- dengan kata lain sepertiga milenial mempertimbangkan soal Bumi datar.
Namun, penemuan tersebut tak semata-mata menunjukkan "epidemi" bumi datar atau Flat Earth. Pasalnya, hanya 4 persen dari keseluruhan yang percaya bahwa Bumi itu datar.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, survei menguak sembilan persen dari mereka yang ragu-ragu harus memilih antara Bumi bulat atau Bumi datar. Sementara itu, 5 persen lainnya menegaskan mereka selalu percaya bahwa Bumi bulat, dan 16 persen sisanya mutlak tak yakin.
Teori Bumi Datar tercetus sekitar Abad ke-19. Akan tetapi, akhrin-akhir ini masih terus mendapat sorotan, terutama karena pengaruh media sosial.
Pada 2017, rapper B.o.B pernah melakukan urun dana atau umum dikenal sebagai crowdfund untuk meluncurkan satelit buatannya sendiri ke angkasa luar. B.o.B, yang merupakan 'kaum Bumi datar', ingin sesumbar kepada semua orang di dunia ini bahwa apa yang diyakininya adalah benar.
Dengan target dana terkumpul sebesar US$ 1 juta di GoFundMe untuk satu minggu, sayangnya musisi berbasis di Georgia itu gagal meraih apa yang dicita-citakannya. Baru lima hari, uang sumbangan yang diberikan hanya mencapai sekitar US$ 2.000 saja --jauh dari angka US$ 1.000 yang diprediksi B.o.B pribadi.
Untungnya, ada banyak cara yang lebih murah untuk membuktikan bahwa Bumi itu bulat, ketimbang meniru cara B.o.B. di atas. Berikut 4 di antaranya, berdasarkan penyelidikan ilmiah, mengutip Live Science, Minggu (3/11/2019).
Saksikan video pilihan di bawah ini:
1. Pergi ke Pelabuhan
Ketika sebuah kapal berlayar menuju cakrawala, kapal itu tidak hanya terlihat semakin kecil dan akhirnya tidak terlihat lagi bak masuk ke dalam laut --lambung kapal tampaknya tenggelam di bawah cakrawala terlebih dahulu, lalu tiang kapal, dan seterusnya.
Ketika kapal kembali dari laut menuju pelabuhan, urutannya terbalik. Pertama, tiang kapal yang muncul terlebih dahulu, lalu lambung kapal, dan seterusnya. Itu artinya, Bumi tidak datar.
Pengamatan semacam itu dipakai pertama kali pada 1881 untuk membantah "Zetetic Astronomy," teks Bumi datar modern pertama.
Advertisement
2. Melihat Gerhana Bulan
Filsuf Yunani, Aristoteles, menguatkan kepercayaannya pada Bumi bulat dengan melakukan pengamatan selama gerhana Bulan. Di satelit alami Bumi ini, ia bisa melihat bayangan Bumi yang berbentuk seperti kelereng.
Karena bentuk bayangan melengkung itu muncul selama semua gerhana Bulan, terlepas dari kenyataan bahwa Bumi berputar, Aristoteles dengan tepat menyimpulkan bahwa Bumi melengkung di sekelilingnya --dengan kata lain, berbentuk bola.
Selain itu, gerhana matahari juga cenderung mendukung gagasan Aristoteles ini, bahwa planet, Bulan dan bintang adalah sekelompok objek bulat yang mengorbit satu sama lain.
3. Memanjat Pohon
Ini adalah salah satu cara paling sederhana untuk membuktikan Bumi itu bulat, berdasarkan kata mutiara yang berbunyi: Anda dapat melihat lebih jauh jika Anda melangkah lebih tinggi.
Jika Bumi datar, Anda akan dapat melihat jarak yang sama, seberapapun ketinggian di mana Anda berada. Semisal, mata Anda dapat mendeteksi objek yang terang, seperti galaksi Andromeda, dari mana saja meski ia berada sejauh 2,6 juta tahun cahaya dari Bumi.
Selain itu, Miami yang 1.760 km jauhnya dari New York City seharusnya bisa dikunjungi oleh siapa saja setiap saat, tanpa harus memikirkan jarak dan waktu.
Namun, nyatanya tidak sebegitu mudahnya karena kelengkungan Bumi membatasi pandangan kita sekitar 3,1 mil (5 kilometer) --kecuali jika Anda memanjat pohon, berada di gedung pencakar langit, atau puncak gunung sehingga bisa mendapatkan perspektif dari ketinggian.
Advertisement
4. Membandingkan Bayangan
Orang pertama yang memperkirakan keliling Bumi adalah seorang ahli matematika Yunani bernama Eratosthenes, yang lahir pada 276 SM.
Dia menghitung keliling Bumi dengan membandingkan bayangan yang muncul pada hari titik balik matahari musim panas, di tempat yang sekarang bernama Aswan, Mesir.
Pada siang hari, ketika matahari tepat di atas kepala, Eratosthenes tidak melihat ada bayangan. Sedangkan di Aleksandria, sebatang tongkat yang diletakkan di tanah mampu membuat bayangan.
Eratosthenes menyadari bahwa jika dia tahu sudut bayangan dan jarak antara kota-kota tersebut, dia bisa menghitung keliling dunia.
Di Bumi yang datar, tidak akan ada perbedaan antara panjang bayangan. Posisi matahari akan setara, relatif terhadap tanah. Hanya planet berbentuk bola yang bisa menjelaskan mengapa posisi matahari harus berbeda di dua kota yang terpisah beberapa ratus mil.