Dampak Perubahan Iklim, Kota di Asia Tenggelam Bila Terus Kecanduan Batu Bara

PBB telah memperingatkan Asia untuk berhenti dari "kecanduannya" terhadap batu bara.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Nov 2019, 18:05 WIB
Ilustrasi batu bara (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - PBB memperingatkan negara-negara Asia untuk berhenti dari "kecanduannya" terhadap batu bara. Karena, perubahan iklim telah mengancam ratusan juta orang yang rentan terhadap naiknya permukaan laut di seluruh kawasan itu.

Peringatan PBB untuk berhenti dari 'kecanduan' batu bara, menyusul penelitian baru minggu ini yang memperkirakan bahwa beberapa kota besar Asia, termasuk Bangkok, Kota Ho Chi Minh, dan Mumbai, menghadapi risiko banjir ekstrem terkait pemanasan global.

Ketua PBB, Antonio Gutteres mengatakan, negara-negara Asia perlu mengurangi ketergantungan pada batu bara untuk mengatasi krisis iklim, yang ia sebut sebagai "masalah menentukan zaman kita."

Mengutip dari laman ABC, Sabtu (3/11/2019), Australia adalah eksportir batubara terbesar di dunia, dengan sebagian besar batu baranya dikirim ke Asia.

"Ada kecanduan batu bara yang perlu kita atasi, karena itu tetap menjadi ancaman utama dalam kaitannya dengan perubahan iklim," kata Guterres kepada wartawan menjelang pertemuan Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Bangkok.

Dia mengatakan, negara-negara di kawasan itu perlu berada di "garis depan" dari pertarungan dengan memperkenalkan harga karbon mereformasi kebijakan energi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Risiko Terendam Banjir

Ilustrasi gelombang laut (Sumber: Pixabay)

Selain itu ia juga menuturkan, "Kami tertinggal," seraya menambahkan bahwa kemunduruan batu bara dapat membantu mengekang kenaikan suhu global.

Batu bara tetap menjadi sumber daya utama di seluruh Asia Tenggara, di mana perkembangan ekonomi yang sangat tinggi telah memacu permintaan energi yang melambung dengan biaya bagi lingkungan.

Sekitar sepertiga dari energi Vietnam juga berasal dari tenaga batu bara dengan sejumlah pabrik baru akan mulai beroperasi pada 2050, sementara Thailand berinvestasi dalam bahan bakar fosil.

Wilaya pesisir di seluruh Asia Tenggara telah menyaksikan banjir besar dan serangan air laut terkait dengan perubahan iklim.

Penelitian baru miinggu ini menunjukkan, setidaknya 300 juta orang di seluruh dunia hidup di tempat-tempat yang berisiko terendam banjir pada 2050 --gambaran yang jauh lebih suram dari perkiraan data sebelumnya.

Gelombang badai yang merusak yang dipicu oleh topan yang semakin kuat dan laut yang naik akan menghantan Asia paling keras, menurut penelitian dalam jurnal Nature Communnications.

 

Reporter: Aqilah Ananda Purwanti

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya