4 Fakta Mengejutkan di Balik Hubungan Seksual di Seluruh Dunia

Durex melakukan sebuah survei di seluruh dunia, untuk mengetahui fakta menarik mengenai hubungan seks.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2019, 13:00 WIB
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta - Orang-orang di seluruh dunia pasti ada yang berhubungan seks, dan berdasarkan hal tersebut, sebuah perusahaan alat kontrasepsi asal Inggris 'Durex' melakukan penelitian mengenai hubungan seksual di seluruh dunia.

Durex melakukan dua survei, Survei Kesejahteraan Seksual mereka (2007-2008) dan Face of Global Sex (2012). Sebuah perusahaan pemungutan suara, Harris Interactive, juga membantu dalam membuat polling online ukuran sampel besar yang dirancang untuk mengambil sampel representatif dari para pembenci seks heteroseksual dari sejumlah negara di dunia.

Untuk laporan yang dirancang terutama dengan mempertimbangkan kepentingan perusahaan Durex, laporan tersebut cukup baik dilakukan. Data ini juga mengungkapkan banyak hal menarik tentang seberapa banyak orang di berbagai negara menikmati seks, ketika mereka cenderung melakukannya, dan kesetaraan gender (atau ketiadaan) dalam kenikmatan seksual.

Dikutip dari Vox pada Senin (4/11/2019) ini lah empat fakta yang merangkum mengenai hubungan seksual di dunia berdasarkan survei dari Durex.


1. Melakukan Hubungan Seks di Meksiko dan Nigeria Lebih Menyenangkan

Presentase orang yang merasa dihormati saat melakukan seks (Vox/Durex Sexual Wellbeing Survey)

Dalam survei, tingkat kegairahan Meksiko dan Nigeria melebihi negara lainnya. Walaupun sebenarnya, wawancara Nigeria dilakukan secara langsung, tidak online seperti survei lainnya. Itu mungkin menimbulkan beberapa bias dalam hasilnya.

Untuk Meksiko, Durex temukan adalah bahwa orang cenderung lebih bahagia dengan kehidupan seks mereka ketika mereka merasa dihargai selama melakukan. Dan orang-orang Meksiko merasa lebih dihormati daripada siapa pun di dunia.


2. Orang Jepang Tak Bahagia dengan Kehidupan Seksnya

Presentase orang yang merasa bahagia saat melakukan seks (Vox/Durex Sexual Wellbeing Survey)

Dalam penelitian yang dilakukan di Jepang juga, hanya 10 persen dari mereka yang bahagia dalam melakukan hubungan seks.

Tiga puluh empat persen orang Jepang melaporkan melakukan hubungan seks setiap minggu. Negara terendah berikutnya, agak mengejutkan Amerika Serikat, melaporkan tingkat seks 53 persen per minggu. Tidak mengherankan bahwa orang Jepang jarang melakukan hubungan seks yang tidak memuaskan.

Selama bertahun-tahun, Jepang melaporkan beberapa jam kerja rata-rata terpanjang di dunia. Dalam dan dari dirinya sendiri, ini membuat seks lebih kecil kemungkinannya.

Semakin buruknya, Norma budaya dan bisnis Jepang sangat tidak mendorong perempuan untuk menikah jika mereka ingin berhasil di tempat kerja, sehingga pernikahan menurun.


3. Variasi Kesenjangan Orgasme Antara Jenis Kelamin

Kesenjangan Orgasme secara Global (Vox/Durex Sexual Wellbeing Survey)

Sekitar 48 persen orang di seluruh dunia orgasme "selalu" atau "hampir selalu". Tidak mengherankan, angka untuk pria (61 persen) adalah 28 poin lebih tinggi dari yang setara untuk wanita (33 persen).

Dari penelitian ini, perbaikan dalam kedudukan perempuan di masyarakat tidak selalu berarti peningkatan dalam kemitraan seksual. Membuat seks lebih adil dalam setidaknya satu cara penting - menempatkan orgasme wanita pada alas yang sama dengan padanan laki-lakinya - adalah masalah yang bahkan belum diselesaikan oleh negara-negara maju.


4. Orang-Orang di Asia Cenderung Cukup Tua Kehilangan Keperawanan

Umur rata-rata saat kehilangan keperawanan (Vox/Durex Face of Global Sex Report)

Negara-negara Asia memiliki usia rata-rata kehilangan keperawanan yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara pada dasarnya di tempat lain.

Sebuah studi lain yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia dan jurnal medis Lancet yang bergengsi mengkonfirmasi bahwa negara-negara Asia cenderung memiliki usia rata-rata kehilangan keperawanan yang lebih tinggi daripada rata-rata global.

Aspek dari hal ini bisa dari berbagai macam hal, karena setiap bagian benua punya keberbedaan, seperti Asia Timur karena faktor 'budaya'.

 

Reporter: Windy Febriana

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya