Ekonomi Melambat, BCA Revisi Target Pertumbuhan Kredit jadi 8 Persen

Perlambatan ekonomi global yang kian nyata berdampak besar bagi sejumlah negara. Begitu juga dengan industri perbankan di Indonesia.

oleh Bawono Yadika diperbarui 04 Nov 2019, 19:45 WIB
Pengunjung mendatangi stand BCA di acara Indonesia Banking Expo (IBEX) 2015 di JCC, Jakarta, Kamis (10/9/2015). Sejumlah bank menawarkan beragam fasilitas untuk menarik pengunjung menabung di tempatnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Perlambatan ekonomi global yang kian nyata berdampak besar bagi sejumlah negara. Begitu juga dengan industri perbankan, seperti salah satunya BCA.

Komisaris Independen Bank BCA Raden Pardede mengatakan pihaknya kini merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini yang semula 10 persen, menjadi 8 persen. Hal ini dilakukan atas ancaman resesi global.

"Pertumbuhan kita 8 persen, dulu kita targetkan 10 persen, tapi kita revisi kebawah sebagaimana dunia yang direvisi, perekonomian direvisi, kita revisi juga ke bawah target-target perbankan," ucapnya di Jakarta, Senin (4/11/2019).

Raden bercerita, dengan sejumlah rilis data-data ekonomi yang tak memuaskan, maka industri perbankan cukup menantang di tahun 2020.

"Tahun 2020 buat BCA menantang. Tentu seperti yang kami katakan tadi data-data menunjukan perlambatan. Jadi kita tidak membuat target yang muluk-muluk 2020 ini," pungkasnya.

"Namun demikian kalau ditengah jalan terjadi perubahan yang sangat signifikan tentu BCA akan menyesuaikan lebih baik lagi. Seperti biasa BCA selalu tampil dengan prudent dan tidak muluk-muluk. tapi kalau ada kesempatan kita coba lebih baik dari target yang disebutkan diawal," tambah dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


BI: Pertumbuhan Kredit Triwulan III 2019 Melambat

Gubernur BI Perry Warjiyo bersiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/6/2019). Rapat memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Survei Perbankan Bank Indonesia mengindikasikan pertumbuhan triwulanan kredit baru melambat pada triwulan III-2019 dan diprakirakan kembali meningkat pada triwulan IV-2019. 

Dikutip Liputan6.com dari survei tersebut, perkembangan tersebut tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru pada triwulan III-2019 sebesar 68,3 persen, lebih rendah dibandingkan 78,3 persen pada triwulan sebelumnya.

"Berdasarkan jenis penggunaan, perlambatan tersebut terutama bersumber dari kredit investasi dan kredit konsumsi," tulis Bank Indonesia.

Sementara itu, pada triwulan IV-2019 pertumbuhan kredit baru diprakirakan meningkat, didorong oleh optimisme terhadap kondisi moneter dan ekonomi yang menguat dan juga risiko penyaluran kredit yang relatif terjaga.

Sejalan dengan prakiraan meningkatnya pertumbuhan kredit baru, kebijakan penyaluran kredit pada triwulan IV-2019 diprakirakan lebih longgar, terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) sebesar 11,8 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan 12 persen pada triwulan sebelumnya.

 


Pelonggaran Kredit

Gubernur BI Perry Warjiyo (dua kanan) memberi keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Kantor BI, Jakarta, Kamis (19/9/2019). Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pelonggaran standar penyaluran kredit terutama akan dilakukan terhadap kredit kepemilikan rumah/apartemen, kredit investasi, dan kredit UMKM, dengan aspek kebijakan penyaluran kredit yang akan diperlonggar antara lain plafon kredit, suku bunga, dan agunan.

Hasil survei mengindikasikan perlambatan pertumbuhan kredit untuk keseluruhan tahun 2019. Kredit diprakirakan tumbuh 9,7 persen (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan triwulan sebelumnya maupun dengan realisasi tahun sebelumnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya