Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2019 cuma 5,02 persen secara tahunan. Realisasi tersebut melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 5,17 persen. Capaian tersebut juga lebih rendah dari kuartal II 2019 yang mencapai 5,05 persen.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani mengatakan, hal tersebut sesungguhnya sudah diprediksi oleh pelaku usaha. Dasar prediksi tersebut, yakni perlambatan ekonomi global.
"Kalau pengusaha sih sudah memperkirakan. Seperti yang diprediksi lah kita bilangnya," kata Rosan, di Jakarta, Selasa (5/11).
Pelaku usaha pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini tidak akan jauh-jauh dari angka lima persen. Indonesia tentu tidak bisa menghindari dampak perlambatan ekonomi global yang sedang terjadi.
Baca Juga
Advertisement
"Karena kita lihat memang perlambatan pertumbuhan dunia, semua negara dikoreksi pertumbuhan dunia dikoreksi baik oleh IMF, World Bank, semua lakukan koreksi. Dan otomatis ya pasti ada dampaknya ke kita," jelas Rosan.
Menurut Rosan, konsumsi domestik masih menjadi andalan untuk menopang pertumbuhan ekonomi ke depan. Mengingat kontribusinya yang lebih dari separuh dari PDB.
"Konsumsi domestik kita kurang lebih 55 persen. Ibaratnya itu saja udah 3 persen sendiri dari pertumbuhan kita," jelas Rosan.
Karena itu, pemerintah perlu menjaga kinerja konsumsi domestik Indonesia dan menjaga daya beli masyarakat. Berbagai kebijakan yang berdampak langsung untuk menjaga dan mendorong daya beli perlu dibuat.
"Nah yang pemerintah perlu jaga kita lihat lebih realistis. Untuk tahun depan masih tidak gampang. Jadi kita harapkan investasi dari ekspor itu cukup menantang. Jadi mmg yg perlu dijaga domestik konsumsi kita," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,02 Persen di Kuartal III 2019
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kurtal III 2019 sebesar 5,02 persen (year on year/yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2019 yang sebesar 5,05 persen yoy.
Selain itu, pertumbuhan ini juga lebih rendah jika dibandingkan dengan dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2018 yang tercatat 5,17 persen yoy.
Namun jika dihitung secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia dari kuartal I 2019 hingga kuartal III 2019 mencapai 5,04 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal III 2019 tercatat 5,02 persen. Dibandingkan kuartal II 2018 pertumbuhan ekonomi tumbuh 3,06 persen," kata Kepala BPS, Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Di samping itu, BPS juga mencatat harga komoditas migas dan non-migas di pasar internasional pada kuartal III 2019 secara umum mengalami penurunan jika secara kuartal (q to q). Penurunan juga terjadi jika dibandingkan secara tahunan (yoy). Hal ini tentu berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
Salah satunya terjadi penurunan harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) pada kuartal III-2019 mengalami penurunan 16,5 persen dari kuartal II-2018.
Kemudian batu bara mengalami penurunan harga 42,7 persen serta minyak kelapa sawit (CPO) turun 6,85 persen, sementara harga karet naik 1,79 persen
"Di sisi lain, dari empat negara mitra dagang utama Indonesia, perekonomian tumbuh tapi cenderung melambat diantaranya adalah China, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Singapura. Ini semua faktor yang pengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia," jelas dia.
Advertisement