Liputan6.com, Surabaya - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melalui anak perusahaannya PT Gagas Energy Indonesia (PGN Gagas) mulai mengalirkan CNG (Compress Natural Gas) atau gas alam terkompresi ke Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur, Senin, 4 November 2019. Hal ini untuk memperluas pemanfaatan gas bumi di Indonesia.
Gaslink merupakan Compressed Natural Gas (CNG) yang menggunakan teknologi Gas Transportation Module (GTM) hasil pengembangan PT Gagas. Pemasangan CNG GASLINK dilakukan atas dasar permintaan PT Jaya Sejati (JS).
”CNG Gaslink dipilih karena terjamin kualitas gasnya, terjamin penghitungan pemakaiaan gasnya, terlebih servisnya karena merupakan anak perusahaan PGN,” ujar Didin Selaku pemilik dari PT Jaya Sejati.
Baca Juga
Advertisement
Diwawancarai terpisah, PGN Sales Area Head Pasuruan, Makki Nuruddin mengemukakan, PGN siap sedia melayani pelanggan, baik dengan instalasi pipa gas, maupun dengan CNG melalui PGN Gagas bagi calon pelanggan yang belum terjangkau infrastruktur jaringan pipa.
Gagas Energy Indonesia memasang CNG GASLINK dengan nilai volume kontrak 15.000 m3 per bulan untuk menunjang produksi kapas sintetik yang dipasarkan ke luar Jawa terutama Kalimantan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
PGN Salurkan Gas Bumi untuk Industri Garam di Madura
Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) memperluas pemanfaatan gas bumi ke berbagai daerah di Indonesia. Pada Juli lalu, melalui anak usaha PGN yaitu PT Gagas Energi Indonesia (Gagas), PGN mulai melayani sektor industri di Pulau Madura, Jawa Timur terutama industri garam.
"Gas bumi dari Gagas sudah melayani salah satu perusahaan garam terbesar di Madura. Ini merupakan langkah awal PGN untuk terus menyebarkan manfaat energi baik gas bumi ke berbagai segmen pasar di Indonesia," ujar Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN, Kamis, 5 September 2019.
Perusahaan garam yang mulai menggunakan Gaslink produk PT Gagas adalah PT Garsindo Anugerah Sejahtera (Garsindo) di Kabupaten Sumenep. Produksi garam dari Garsindo selama ini digunakan untuk memasok bahan produksi dari PT Garam, BUMN yang fokus memproduksi garam di Indonesia.
Madura selama ini identik sebagai pulau garam. Sejak zaman kolonial Belanda, daerah Sumenep yang kaya dengan bahan baku garam sudah dikuasai pemerintah Hindia Belanda. Pada 1813, Gubernur VOC Thomas Stamford Raffles memonopoli garam mulai dari produksi sampai dengan distribusi.
Pada awalnya Belanda hanya membeli garam dengan harga tetap kepada para petani garam. Lalu mereka membuka perusahaan dan mengambil alih seluruh produksinya pada 1936 (Sunjayadi, 2007). Perusahaan garam yang dikuasai Belanda itu kemudian dinasionalisasi menjadi Perusahaan Negara pada 1960 (Cribb 2004:382 dan Sunjayadi 2007).
Rachmat menuturkan, penggunaan gas bumi oleh Garsindo lantaran sumber energi bersih ini mampu memberikan kualitas bahan baku yang lebih baik. Selain itu, potensi penghematan yang dihasilkan dari penggunaan Gaslink minimal 10 persen.
"Efisiensi dan ramah lingkungan menjadikan Gaslink jadi pilihan Garsindo sebagai bahan bakar utama proses produksi untuk pabrik kedua mereka di Sumenep. Hal ini menjadi bukti bahwa manfaat gas bumi mampu menciptakan daya saing dan manfaat berlebih kepada sektor usaha," tutur dia.
Advertisement