Liputan6.com, Jakarta - Bung Tomo dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan tokoh penting dalam peristiwa pertempuran Surabaya 10 November 1945, yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Di luar kariernya sebagai pejuang yang gagah, Bung Tomo juga tercatat pernah terjun dalam dunia politik. Ia merupakan salah satu politisi yang memiliki pengaruh bagi sejarah Indonesia.
Eksistensi Bung Tomo dalam dunia politik tak kalah penting dengan peran tokoh politik lainnya seperti Soekarno, Muhammad Hatta, Mohammad Natsir dan sebagainya. Bahkan Bung Tomo cukup diperhitungkan oleh berbagai golongan aliran politik.
Baca Juga
Advertisement
Terjunnya Bung Tomo dalam dunia politik bukanlah untuk politik pragmatis, melainkan politik nilai. Nilai tersebut adalah hal-hal yang dibutuhkan mayoritas orang pribumi secara umum seperti keadilan, keamanan, kebebasan, persamaan, demokrasi, dan berbagai nilai baik lainnya. Itulah tujuan yang ingin dicapai Bung Tomo dari dunia politik.
Berikut adalah rangkuman kisah perjalanan Bung Tomo dalam dunia politik yang Liputan6.com lansir dari “Bung Tomo, Hidup dan Mati Pengobar Semagnat Tempur 10 November” karya Abdul Waid:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Berpolitik di Usia Muda
Perjalanan politik Bung Tomo sebenarnya sudah dimulai sejak umurnya yang masih terbilang muda. Bahkan banyak orang yang menyebut Bung Tomo meniti karier dunia politik sebelum waktunya.
Bukannya diremehkan, justru usia muda itulah yang membuat Bung Tomo dipandang. Kematangan Bung Tomo dalam berpikir membuat Ia dipercaya oleh banyak kalangan.
Salah satu contohnya adalah saat Bung Tomo dipilih sebagai Sekretaris Partai Indonesia Raya (Parindra) Cabang Tembok Duku, Surabaya. Bung Tomo menerima tawaran ini dikarenakan Parindra memiliki tujuan untuk mengangkat derajat bangsa Indonesia.
Bung Tomo yang ditunjuk sebagai sekretaris Parindra saat umurnya yang baru 17 tahun. Kala itu Parindra baru terbentuk yakni berumur dua tahun. Hal ini mengartikan Bung Tomo merupakan salah satu orang yang berperan di awal pembentukan partai.
Banyak yang terkejut melihat terpilihnya Bung Tomo. Hal ini disebabkan masih banyak anggota yang usianya lebih tua daripada Bung Tomo dan pengabdiannya pun sudah lebih lama.
Salah satu alasan terpilihnya sebagai sekretaris partai dikarenakan kecakapan Bung Tomo yang bisa melebihi orang tua. Ia mampu bersaing dengan orang-orang yang lebih tua dalam banyak hal termasuk persoalan politik.
Bung Tomo juga telah menunjukkan kemampuannya dalam berkomunikasi politik dan berdiplomasi selama menjadi sekretaris. Selain itu, Bung Tomo memiliki karakter yang selaras dengan ideologi perjuangan Parindra, yaitu menegakkan kedaulatan bangsa.
Banyak hal yang telah dilakukan Bung Tomo dalam Parindra. Bersama Bung Tomo, Parindra mendapat sambutan hangat dari banyak pihak, termasuk pendukung Partindo dan PNI Baru. Banyak kelompok yang memutuskan untuk bergabung dengna Parindra seperti Sarekat Soematra, Tirtajasa (Banten), Timor Verbond dan lain-lain.
Parindra juga berhasil menempatkan wakil-wakilnya di Volksraad untuk membela kepentingan orang-orang pribumi di sana. Walau nama Bung Tomo belum masuk dalam anggota Volksraad, kiprahnya saat itu sudah diperhitungkan.
Selain itu, aksi Bung Tomo lain adalah dalam Kongres Parindra pertama yang berlangsung pada 15 – 18 Mei 1937 di Jakarta. Dalam kongres itu, Bung Tomo terlibat dalam perumusan keputusan Parindra di Volksraad.
Dalam Parindra, Bung Tomo mempelajari banyak hal. Di usianya yang masih muda, Ia terbiasa untuk mengeluarkan sikap dan kebijakan yang memberikan dampak. Selain itu Ia juga belajar mengatur strategi untuk meningkatkan daya tawar partainya.
Advertisement
Membentuk Partai Politik
Kiprahnya dalam dunia politik semakin serius sejak kemerdekaan Indonesia. Bung Tomo mendirikan partai politik bernama Partai Rakyat Indonesia (PRI). Partai ini didirikan untuk memperjuangkan aspirasi politiknya selama ini, yakni membangun bangsa yang berkeadilan dalam segala bidang, bebas tanpa penindasan penjajah.
PRI terbentuk pada 20 Mei 1950 ketika berlangsung musyawaran kaum pejuang di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Di acara tersebut Bung Tomo dan teman-teman mendeklarasikan PRI. Sejak saat itu Bung Tomo tak hanya dikenal sebagai seorang pejuang tapi juga sebagai politisi.
Pada saat yang sama, institusi formal angkatan bersenjata Tentara Nasional Indonesia (TNI) terbentuk. Dengan terbentuknya TNI ini, semua organisasi kelaskaran yang selama ini memegang senjata jadi terlarang. Untuk itu beberapa organisasi saat itu ada di bawah naungan pemerintah.
Saat itu memang banyak bermunculan partai politik. Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah dalam Maklumat Pemerintah yang memberi peluang tentang pendirian partai politik dengan ideologi apa pun.
Terdapat beberapa alasan terkait terbentuknya partai ini. Setelah pernyataan Indonesia telah merdeka pada 17 Agustus 1945, Bung Tomo merasa Indonesia belum merdeka dalam banyak hal. Masih banyak rakyat yang miskin, buta huruf dan terkecilkan.
Selain itu, masih adanya ambisi Belanda dan Sekutu untuk menduduki Indonesia. Oleh sebab itu, menurutnya, perjuangan belum selesai. Ketika organisasi kelaskaran telah dilarang, maka perjuangan Ia tempuh dengan partai politik.
Alasan lain, Bung Tomo melihat masyarakat Indonesia menjadi bola permainan segelintir orang. Ia melihat ada segelintir elite yang hanya ingin mengeksploitasi kemiskinan rakyat Indonesia untuk mengangkat dirinya sendiri. Maksud dari segelintir elite itu ingin mendapat pengukuhan jabatan di pemerintah. Hal tersebut dikarenakan masa transisi Indonesia dari pasca penjajahan menuju era pembangunan.
Selain itu, Bung Tomo ingin PRI menjadi wadah berkumpul teman-teman seperjuangannya dalam BPRI untuk membicarakan berbagai persoalan bangsa. Ia tak ingin memutus perhubungan dengan kelompok perjuangan kemerdekaan. Bung Tomo merasa telah menjadi teman senasib dan seperjuangan dengan mereka.
Banyaknya partai politik yang bermunculan saat itu membuat persaingannya juga semakin ketat. Salah satu kekuatan dari PRI adalah orang-orang di dalamnya yang beragam. Ada yang orang sipil, pejuang dan juga pelajar. Untuk itu terciptalah sinergitas antar anggotanya.
Dalam sejarah politik Indonesia, PRI hanya berhasil menjadi partai menengah. Hal ini disebabkan, dalam setiap pemilu yang digelar, PRI mendapat perolehan suara yang sanat sedikit bila dibandingkan dengan partai lain.
Namun, PRI pernah mengantar Bung Tomo menjadi anggota DPR RI. Selama Bung Tomo menjadi DPR RI, Ia menjadi sosok yang rendah hati dan merakyat. Dengan pakaian dan mobilnya yang tergolong sederahana Ia sering melakukan blusukan untuk mendengar aspirasi rakyat.
PRI menjadi partai yang sangat kritis dengan kebijakan pemerintahan Indonesia. Salah satunya terbukti dalam perundingan Linggarjati. Bung Tomo dengan tegas meenentang naskah persetujuan perundingan tersebut yang dinilai merugikan Indonesia.
Pesan Bung Tomo Selama di Dunia Politik
Selama berkarier di dunia politik, banyak pesan yang Ia wariskan pada generasi-generasi berikutnya seperti rendah diri, ikhlas, berani mengatakan apa yang benar dan lain-lain. Karakter Bung Tomo ini tak lepas dari dari pengaruh para seniornya.
Misalnya didikan Dr. Soetomo pendiri Parindra pada 1935. Kalimat Dr. Soetomo yang memberikan pengaruh pada Bung Tomo adalah berikut:
“…Bila kita ingin menjadi suatu bangsa yang mulia dan luhur, menjadi bangsa yang terindah, bila kita ingin menjadi bangsa yang berkedudukan sama dengan bangsa yang sudah sederajat, seharusnyalah kita dengan gembira, ikhlas hati, dan bersuka cita, berani memikul beban yang maha berat...”
Dari kalimat tersebut Bung Tomo menjadi sosok pejuang yang tak pernah lelah mengingatkan betapa pentingnya membangun solidaritas, bersatu mengobarkan cinta pada Tanah Air. Menurut Bung Tomo, bangsa yang terus bungkam di kemudian hari akan menuai konsekuensinya.
Menurut Bung Tomo, Indonesia tidak boleh terus dirundung dalam kegelapan atau keterbelakangan. Untuk itu Ia selalu melakukan gerakan perlawanan untuk mencerahkan bangs Indonesia dari berbagai keterbelakangan seeprti status sosial, ekonomi, budaya, harga diri dan lain-lain.
Tak lupa, Bung Tomo juga mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk berani mengawasi jalannya pemerintah. Rakyat harus berani mengkritik para elite pemerintah bila telah melenceng dari cita-cita luhur. Bung Tomo berpesan agar warga Indonesia terus berkomitmen untuk memperjuangkan “kemerdekaan”.
Jiwa kebangsaan inilah yang membuat Bung Tomo dicintai oleh rakyat Indonesia. Walau tak pernah menyandang pangkat tinggi, Bung Tomo dihargai dari kecintaannya pada bangsa. Ia selalu melakukan perlawanan bagi pemerintah asing yang ingin mencoba memecah rakyat Indonesia.
Bersambung
(Kezia Priscilla - Mahasiswa UMN)
Advertisement