Alasan AS Tetap Ingin Mundur dari Kesepakatan Iklim Paris Sejak 2015

AS kembali umumkan bahwa pihaknya ingin mengundurkan diri dari Kesepakatan Iklim Paris stelah sebelumnya sudah diungkapkan pada 2015.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 06 Nov 2019, 08:00 WIB
Bendera Amerika Serikat (AS) berkibar saat pengembalian lonceng Balangiga dari pemerintah AS ke Filipina di Pasay, Manila, Selasa (11/12). Lonceng Balangiga dihormati oleh orang Filipina sebagai simbol kebanggaan nasional. (AP Photo/Bullit Marquez)

Liputan6.com, Washington D.C - Sekretaris Negara Amerika Serikat, Mike Pompeo mengatakan pada hari Senin bahwa Kesepakatan Iklim Paris telah memberikan "beban ekonomi yang tidak adil" terhadap Amerika Serikat.

Dia mengatakan kepada Fox News bahwa Amerika tidak memiliki kebebasan dan pekerjaan Amerika akan hilang karena perjanjian itu.

Sebaliknya, katanya, AS akan mengikuti "model yang realistis dan pragmatis", menggunakan "semua sumber energi dan teknologi secara bersih dan efisien," katanya dalam sebuah pernyataan.

Dikutip dari BBC, Selasa (5/11/2019), Trump berjanji untuk mengubah AS menjadi negara adikuasa energi, dan telah berupaya untuk menyapu bersih sejumlah undang-undang polusi untuk mengurangi biaya produksi gas, minyak, dan batubara.

Dia mencirikan rencana pembersihan lingkungan mantan Presiden AS Barack Obama sebagai perang terhadap energi Amerika.

Mengumumkan keputusannya untuk mundur, tahun lalu, Trump mengatakan: "Saya terpilih untuk mewakili warga Pittsburgh, bukan Paris. Saya berjanji akan keluar atau merundingkan kembali kesepakatan yang gagal untuk melayani kepentingan Amerika."

Tetapi laporan menunjukkan bahwa pemerintahan Trump tidak berusaha untuk menegosiasikan kembali perjanjian Paris.

AS menyumbang sekitar 15% dari emisi global karbon, tetapi juga merupakan sumber keuangan dan teknologi yang signifikan bagi negara-negara berkembang dalam upaya mereka untuk melawan kenaikan suhu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Isi Perjanjian Iklim Paris

Keputusan Donald Trump yang menarik AS dari perjanjian Paris tentang perubahan iklim yang disepakati pada 2015 juga mendapat kritikan dari sejumlah pemimpin dunia. (AP/ Susan Walsh)

Perubahan iklim, atau pemanasan global, mengacu pada efek kerusakan dari gas, atau emisi, yang dilepaskan dari industri dan pertanian di atmosfer. Kesepakatan Paris dimaksudkan untuk membatasi kenaikan global dalam suhu yang dikaitkan dengan emisi.

Negara-negara yang tergabung sepakat untuk:

  • Pertahankan suhu global "jauh di bawah" level 2C (3.6F) di atas waktu pra-industri dan "usahakan untuk membatasi" lebih lagi, hingga 1.5C
  • Membatasi jumlah gas rumah kaca yang dipancarkan oleh aktivitas manusia ke tingkat yang sama seperti yang dapat diserap pohon, tanah, dan laut secara alami, dimulai pada titik antara 2050 dan 2100
  • Menininjau kontribusi masing-masing negara untuk mengurangi emisi setiap lima tahun sehingga mereka dapat meningkatkan tantangannya
  • Memungkinkan negara-negara kaya untuk membantu negara-negara miskin dengan menyediakan "pendanaan iklim" untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan beralih ke energi terbarukan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya