Penyandang Disabilitas Berprestasi Raih Beasiswa dari 8 Negara

Di tengah kondisinya sebagai seorang penyandang disabilitas, Taufiq bahkan menjadi wisudawan terbaik fakultas dan mendapatkan beberapa beasiswa ke luar negeri.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Nov 2019, 13:30 WIB
Kisah Taufiq Effendi, tuna netra raih beasiswa dari 8 negara (Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta - Taufiq Effendi, pria asal Bandung ini merupakan disabilitas penyandang tuna netra sejak masih berusia 10 tahun. Tetapi, siapa sangka, di balik kekurangannya itu, Taufiq justru berhasil mendapatkan delapan beasiswa di luar negeri dan lulus dengan predikat cum laude.

Pada saat berusia enam tahun, Taufiq tertabrak kendaraan. Kecelakaan itu rupanya parah dan menyebabkan ia pun menjadi seorang penyandang disabilitas tuna netra.

Ia sempat menjalani hidup yang tak mudah. Taufiq pernah mengalami putus sekolah dan mendapat diskriminasi pendidikan dan pekerjaan karena keadannya.

Tak pantang menyerah, Taufiq justru berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Jakarta dalam waktu 3,5 tahun dengan predikat cum laude.

Tak cukup sampai disitu, Taufiq bahkan menjadi wisudawan terbaik fakultas dan mendapatkan beberapa beasiswa ke luar negeri. Semua itu diraih Taufiq di tengah kondisinya sebagai seorang penyandang disabilitas tuna netra.

Berdasarkan Global Umaro Education (GLUE) Institute, yakni salah satu program beasiswa penuh pendidikan bahasa Inggris bagi masyarakat tidak mampu atau memiliki keterbatasan fisik atau disabilitas tuna daksa yang dibuat Taufiq, Taufiq sudah mendaratkan kakinya di Malaysia, Jepang, Inggris, Skotlandia, Uni Emirat Arab, Belanda, Amerika Serikat.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Berhasil Dapat Beasiswa Penuh

Ilustrasi sarjana. (via: hrreview.com)

Pada Januari 2013, Taufiq mendapat beasiswa penuh dari Australian Development Scholarship untuk melanjutkan pendidikan.

Ia menyelesaikan dua Master of Education bidang Pengajaran bahasa Inggris dan bidang Evaluasi Pendidikan dari University of New South Wales.

Di tengah masa studinya, Taufiq direkrut menjadi assistant researcher, sebuah proyek penelitian Australian Research Council pada 2013 akhir.

Kemudian pada 2014, ia direkrut menjadi independent research consultant untuk proyek penelitian besar, kolaborasi antara Australian National University dan Department of Immigration and Border Protection, pemerintah Australia.

Meski keberhasilannya, Taufiq tetap kembali ke Indonesia. Ia kini tinggal di Bandung bersama istri dan kedua anaknya.

Taufiq pun mewujudkan mimpinya membesarkan lembaga pendidikan bernama Global Umaro Education (GLUE) Institute, salah satu program yang dibuat lembaganya yaitu beasiswa penuh pendidikan bahasa Inggris bagi masyarakat tidak mampu dan memiliki keterbatasan fisik atau disabilitas tuna daksa.

 

(Annisa Suryanie)

 

Reporter : Muchlisa Choiriah

Sumber  : Merdeka

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya