Liputan6.com, Jakarta - Investasi besar-besaran perusahaan Korea Selatan (Korsel) di Indonesia segera terjadi dalam waktu dekat, menyusul perusahaan otomotif Hyundai yang sebelumnya sudah berkomitmen membangun pabrik di kawasan Delta Cikarang yang bisa memproduksi 250 ribu unit mobil per tahun.
Menyambut kehadiran investor-investor dari Negeri Ginseng tersebut, dibentuk Korea Indonesia Management Association (KIMA) yang tujuan utamanya adalah untuk menjembatani perusahaan-perusahaan Korea Selatan yang ingin berbisnis dan investasi di Indonesia.
Advertisement
Pembentukan KIMA merupakan inisiasi profesor marketing Ki-Chan Kim dari Catholic University of Korea. Dia turut mengajak pakar marketing global Hermawan Kartajaya untuk memimpin KIMA di Indonesia.
"KIMA adalah platform knowledge dan bisnis antar kedua negara. Kami siap membantu secara strategis konglomerasi Korea yang ingin membangun bisnis dan berinvestasi di Indonesia," ujar Hermawan dalam penandatanganan pembentukan KIMA di Seoul, seperti dikutip Selasa (5/11/2019).
Ki-Chan Kim turut menyambut baik kerjasama ini, dan berharap KIMA akan banyak memfasilitasi investor-investor Korsel lainnya untuk datang ke Indonesia. Menurutnya, banyak potensi bisnis besar yang masih bisa digarap di Indonesia.
"Jika membandingkan dengan negara Asia Tenggara lain semisal Vietnam, pasar di sana sudah agak jenuh. Sementara Indonesia masih potensial, di mana iklimnya masih menarik untuk bisnis semisal IT sampai makanan," ungkap Kim.
Hal tersebut diamini oleh Byung-Hak Ahn, Kepala Divisi Kerja Sama Global dari perusahaan aset keuangan Mirae. Menurutnya pasar saham Indonesia masih sangat besar porsinya untuk digarap.
"Porsi pasar modal di Indonesia belum menyentuh 50 persen dari PDB. Bandingkan dengan Korea yang sudah 86 persen. Jadi potensi pertumbuhannya besar," tukasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pengusaha Sebut Investasi di Sektor Pangan Masih Minim
Pengusaha menilai investasi di sektor industri pangan masih belum maksimal. Padahal industri ini merupakan salah satu sektor yang paling penting.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan, Juan P. Adoe menekankan pentingnya pertumbuhan investasi di subsektor pangan dan ditunjang oleh infrastruktur keuangan yang memadai.
“Juga perlunya infrastruktur pembiayaan perbankan yang lebih inovatif dan kreatif,” kata dia, dalam acara rakornas pangan di Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Fasilitas pembiayan yang memadai, lanjutnya, dapat mempermudah akses permodalan kepada petani dan peternak dengan skema perkreditan yang lebih kompetitif dan dapat menciptakan nilai tambah keuntungan bagi petani dan peternak.
Dia memaparkan data Kementerian Perindustrian menyebutkan sektor makanan menjadi penyumbang utama penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp 7,1 triliun, dan kedua terbesar penanaman modal asing (PMA) senilai USD 376 juta pada kuartal I/2019.
Pada periode-periode sebelumnya, sektor makanan juga menjadi salah satu kontributor utama investasi, terutama untuk PMDN.
“Kita harapkan investasi di sektor pangan terus tumbuh, tentunya ini perlu didorong dengan kebijakan fiskal dan insentif yang baik, karena akan berpengaruh banyak pada keberlanjutan pertanian dan industri makanan,” tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement