Liputan6.com, Jakarta - Harga emas turun 2 persen pada hari Selasa (5/11). Ini menjadi penurunan harian terbesar dalam sebulan terakhir. Penurunan ini disebabkan kebijakan AS yang akan menurunkan tarif impor barang dari China. Dengan begitu kekhawatiran pasar akan keberlanjutan resesi global mereda.
Dikutip dari laman CNBC, Rabu (6/11/2019), harga emas di pasar spot turun 1,8 persen menjadi USD 1,481.81 per ounce. Harga emas berjangka AS ditutup juga turun 1,8 persen pada USD 1,483.70.
“Faktor utama (untuk penurunan emas) adalah kemunduran dalam beberapa tarif impor Tiongkok dan bagian dari kesepakatan perdagangan 'fase pertama' yang dilalui,” kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
"Juga, ekuitas global telah diperdagangkan secara signifikan lebih tinggi dalam beberapa sesi terakhir, ditambah dengan sedikit terobosan dalam tarif AS-China, memberikan tekanan di pasar mereda," tambah dia.
Baca Juga
Advertisement
China berharap untuk penghapusan lebih banyak tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat pada bulan September sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan AS-China 'fase pertama', yang dapat ditandatangani bulan ini oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping.
Pasar Kembali Optimis
Harapan gencatan senjata perdagangan dan data ekonomi yang optimis menyalakan kembali optimisme tentang prospek ekonomi global dan mendorong indeks dolar dan imbal hasil obligasi lebih tinggi.
"Reli pasar saham dunia yang melihat indeks AS mencetak lebih banyak rekor tertinggi dalam semalam menahan permintaan untuk logam safe-haven," kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff dalam sebuah catatan.
"Sentimen risiko di seluruh dunia tetap optimis di tengah ide-ide AS dan China sangat dekat dengan kesepakatan perdagangan parsial," dia melanjutkan.
Advertisement