Jokowi: Kita Harus Hati-Hati dengan Perlambatan Ekonomi Global

Jokowi mengaku tengah mewaspadai dampak dari pelemahan ekonomi dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Nov 2019, 12:46 WIB
Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Ratas perdana dengan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju itu membahas Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Perekonomian. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku tengah mewaspadai dampak dari pelemahan ekonomi dunia. Bahkan dirinya diingatkan langsung oleh Direktur Pelaksana IMF, Kristalina untuk berhati-hati terhadap ancaman kondisi tersebut.

"Saya kemarin bertemu dengan Managing Direktur IMF yang baru, Kristalina, dia berikan sebuah warning, Jokowi hati-hati dalam kelola baik moneter atau fiskal," kata Jokowi di acara Indonesia Banking Expo 2019, di Jakarta, Rabu (6/11).

Mantan Gubernur DKI Jakarta, itu memahami kondisi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, adanya brexit, serta resesi yang terjadi pada negara-negara emarging market sangat berdampak pada ekonomi Indonesia.

"Intinya kita harus hati-hati dengan kondisi yang sekarang ada," tandas dia.

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, menyebut terdapat tiga hal yang kini menjadi fokus perhatian pemerintah untuk menangkal dampak dari resesi perekonomian global. Salah satunya yakni menjaga aliran modal asing tetap masuk.

"Pertama tentu lewat aliran modal masuk. Aliran modal masuk sangat penting kalau terjadi gerakan cepat pasti akan pengaruh," kata dia.

Kedua yakni investasi langsung atau foreign direct investment (FDI). Menurutnya, ini penting diperhatikan agar bagaimana investasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dari suatu negara untuk menanamkan modalnya dengan jangka waktu panjang tetap masuk di Tanah Air.

"Pekerjaan rumah kita adalah bagaimana sudah masuk, dia nyaman di Indonesia. Kita bicara iklim investasinya, sedianya infrastruktur, adanya regulasi yang baik, dan mendukung iklim investasi itu sendiri," kata dia.

Terakhir adalah jalur perdagangan. Di tengah kondisi ketegangan antara Amerika Serikat dan China jalur perdagangan Indonesia menjadi terdampak. Salah satunya ditandai oleh angka ekspor Indonesia yang terus melemah.

"Kalau pertumbuhan negara maju menurun pasti permintaan akan ekspor dari Indonesia menurun. Ini yang kami lihat di beberapa triwulan terakhir. Ekspor kita flat," ujarnya

"Tiga jalur ini kita perhatian dengan serius karena dampaknya kepada perekonomian domestik," sambungnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jokowi: Bos IMF Ingatkan Saya Soal Ancaman Perlambatan Ekonomi Global

Jokowi telah menginstruksikan kepada Kapolri untuk segera mencari tahu siapa pelaku penyiraman air keras kepada penyidik KPK, Novel Baswedan, Jakarta, Selasa (11/4). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bercerita usai dirinya bertemu Managing Director IMF Kristalina Georgieva di KTT ke-35 ASEAN di Bangkok, Thailand pada Minggu, 3 November 2019.

Kata dia, Kristalina mengingatkan pentingnya menjaga kebijakan fiskal dan moneter Indonesia di tengah tren perlambatan ekonomi global yang kian nyata.

"Saya sudah ketemu Managing Director IMF (Kristalina). Dia memberikan warning bahwa hati-hati dalam mengelola kebijakan ekonomi," ungkapnya di Jakarta, Rabu (6/11/2019).

Jokowi menjelaskan, kondisi ekonomi RI terbilang cukup kuat mengingat pertumbuhan ekonomi masih stabil di kisaran 5 persen. Sedangkan sejumlah negara lain tercatat sudah minus atau bahkan anjlok.

"Bandingkan negara-negara lain. Ada yang minus bahkan menuju ke 0. Kemudian dari yang 7 persen anjlok dibawah 1 persen. Kita harus bersyukur. Kita Alhamdulilah pertumbuhan masih 5 persen lebih dikit. Lebih sedikit masih bagus," ujarnya.

Jokowimelanjutkan, ekonomi dunia saat ini memang menunjukan tren penurunan apalagi ditambah dengan perang dagang AS-Tiongkok yang tak berkesudahan.

"Kita harus hati-hati dengan kondisi ekonomi saat ini. Ada perang dagang, brexit, negara-negara lain ada yang menuju atau bahkan sudah resesi," tegasnya. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya