PLN Minta Harga Khusus Batu Bara Agar Tarif Listrik Turun

PLN diminta menurunkan tarif listrik khususnya pelangan industri untuk menarik investasi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 06 Nov 2019, 16:56 WIB
Aktivitas pekerja saat mengolah batu bara di Pelabuham KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis 33,24 persen atau mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (persero) mengharapkan pemerintah memberikan perhatian harga untuk bahan bakar energi pembangkit, agar tarif listrik lebih terjangkau.

Pelaksana tugas Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani mengatakan, ‎PLN diminta menurunkan tarif listrik khususnya pelangan industri, agar menarik investasi dengan membuat tarif listrik industri di Indonesia lebih kompetitif.

"‎Kami diberikan target menantang untuk menurunkan tarif listrik khusus industri untuk menarik investasi ke Indonesia dengan tarif kompetitif," kata Inten, di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Rabu (6/11/2019).

 

Menurut Inten, untuk membuat tarif listrik kompetitif perlu kebijakan khusus mengenai harga energi primer untuk pembangkit. Pasalnya, energi primer memiliki prosi besar yaitu 60 persen ‎dalam pembentukan Biaya Pokok Produksi (BPP) listrik.

"Khususnya kami mohon energi primernya, kita ketahui BPP listrik 60 persen didominasi energi, 60 peren fuel mix dari batubara kemudian gas dan air," tuturnya.

Inten melanjutkan, PLN juga membutuhkan dukungan pemerintah berkaitan dengan ketersediaan pasokan energi primer, baik batubara atau gas. Di sisi lain PLN juga telah berupaya menekan biaya produksi listrik dengan mengurangi penggunaan pembangkit listrik Berbahan Bakar minyak (BBM)‎.

"Pemerintah diharapkan memberikan dukungan dalam penataan energi primer, untuk mendukung kelistrikan baik volume gas atau batubara," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Terbitkan Surat Utang Global, PLN Raih Pinjaman USD 1,5 Miliar

Petugas PLN melakukan penyambungan penambahan daya listrik di Jakarta, Rabu (21/6). Menyambut lebaran, PLN memberikan bebas biaya penyambungan untuk rumah ibadah dan potongan 50 persen untuk pengguna selain rumah ibadah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

PT PLN (Persero) kembali berutang untuk memenuhi kebutuhan pendanaan investasi penyediaan infrastruktur ketenagalistrikan 2019, dengan menerbitkan Global Bond senilai USD 1,5 miliar.

Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto ‎mengatakan, dana ini merupakan pelengkap dari dana internal dan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang tersedia untuk 2019, sehingga dapat mendukung usaha pencapaian target pemerintah untuk rasio elektrifikasi menuju 100 persen pada2020 serta pembangunan kawasan terdepan, terluar dan tertinggal (3T). 

Global Bond tersebut ditentukan harganya pada 30 Oktober 2019 dalam 3 tranche yaitu US$ 500 juta dengan tenor 10 tahun 3 bulan serta tingkat bunga (coupon) 3.375 persen‎, USD 500 juta dengan tenor 30 tahun 3 bulan serta tingkat coupon 4,375. Persen dan‎ €500 juta dengan tenor 12 tahun, persen, serta tingkat coupon 1,875 persen.

"Ditengah kondisi pasar yang kondusif, PLN tidak hanya berhasil mendapatkan pendanaan dengan tenor yang panjang sehingga meringankan beban likuiditas, namun juga berhasil memperluas basis investor di Pasar Eropa dengan Global Bond bermata uang Euro dengan tenor 12 tahun," kata Sarwono, di Jakarta, Selasa (5/11/2019).

Dia menjelaskan, pemilihan tenor yang berjangka panjang dan berbeda dalam waktu jatuh tempo, merupakan salah satu strategi perusahaan dalam menata likuiditas dan maturity profile serta agar matching dengan tipikal investasi sektor listrik yang berjangka panjang. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya