Nestapa Pelajar di Bogor Diselimuti Debu hingga Ancaman Kecelakaan Truk Tambang

Truk besar yang hilir mudik setiap saat sangat mengganggu kenyamanan dan mengancam keselamatan jiwa masyarakat khususnya para pelajar sekolah.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 06 Nov 2019, 17:03 WIB
Ratusan pelajar SMA Negeri 1 Parungpanjang, Kabupaten Bogor berunjuk rasa di halaman sekolah mereka, Rabu (6/11/2019) siang.

Liputan6.com, Bogor - A Ratusan pelajar SMA Negeri 1 Parungpanjang, Kabupaten Bogor berunjuk rasa di halaman sekolah mereka, Rabu (6/11/2019) siang.

Para siswa menuntut Pemerintah Kabupaten Bogor konsisten menerapkan pemberlakuan jam operasional truk yang mengangkut material tambang dari beberapa kecamatan di wilayah utara Kabupaten Bogor.

Sebab, truk besar yang hilir mudik setiap saat sangat mengganggu kenyamanan dan mengancam keselamatan jiwa masyarakat khususnya para pelajar sekolah.

Truk yang melebihi tonase menyebabkan badan jalan lebih cepat rusak sehingga udara di wilayah itu tercemar oleh debu.

Tak hanya itu, kasus kecelakaan di wilayah yang dikelilingi tambang batu, pasir dan sirtu ini terus meningkat. Sudah banyak warga sekitar yang menjadi korban baik luka maupun meninggal dunia.

Kasus terakhir menimpa siswa kelas 12 SMAN 1 Parungpanjang berinisial LF pada 1 Oktober 2019. Anak remaja itu terpaksa harus diamputasi akibat kaki kanannya terlindas truk tronton saat pulang sekolah.

Wakil Kepala SMAN 1 Parungpanjang Abdul Halim menuturkan, aksi unjuk rasa ini sebagai reaksi atas kejadian kecelakaan yang menyebabkan seorang siswanya mengalami luka serius.

"Siswa kami mengalami cacat permanen sehingga kakinya harus diamputasi," kata Halim.

Menurutnya, ratusan siswanya mengaku tidak nyaman dengan kondisi lingkungan berdebu akibat hilir mudik truk besar bermuatan batu, pasir dan hasil bumi lainnya.

Selama ini, mereka juga dibayang-bayangi rasa ketakutan terserempet maupun terlindas truk yang beroperasi hampir selama 24 jam. Karena itu, mereka menuntut pemerintah daerah untuk memberi rasa aman, nyaman untuk menimba ilmu.

"Sebetulnya ini juga dialami para siswa se-Kecamatan Parungpanjang, truk tronton melintas tanpa aturan membuat siswa tidak nyaman dan khawatir saat melintas di jalan," kata dia.

 

Saksikan Video Terkait di Bawah Ini:


Marak Kecelakaan

Ratusan pelajar SMA Negeri 1 Parungpanjang, Kabupaten Bogor berunjuk rasa di halaman sekolah mereka, Rabu (6/11/2019) siang.

Ketua PGRI Kecamatan Parungpanjang Edi Suwandi menuturkan, maraknya kejadian kecelakaan yang terjadi di Parungpanjang dan sekitarnya akibat kebijakan jam operasional truk tidak diterapkan di wilayah itu. Padahal, berdasar kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor dan BPTJ, jam operasional truk tambang hanya berlaku pada pukul 20.00-05.00 WIB.

"Tapi faktanya kebijakan tidak dijalankan. Kasihan anak didik kita, calon-calon pemimpin bangsa. Kesehariannya disuguhi debu, suara bising. Paling utama keselamatan anak didik kita terancam," kata dia.

Apabila dalam waktu dekat ini tidak ada langkah dari pemerintah daerah maupun BPTJ untuk segera menjamin keamanan dan kenyamanan siswa, pihak PGRI tidak akan segan menurunkan seluruh pelajar yang ada di Kecamatan Parungpanjang untuk turun ke jalan.

"Kecelakaan ini bukan kejadian pertama kali. Begitu juga kondisi lingkungan kita rusak sejak lama. Dan janji-janji klasik tidak pernah ditepati," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya