Kapolri Idham Azis dan Analogi Patung Pancoran

Selama menjabat Kapolri, Idham akan mengesampingkan orang-orang yang tidak suka dengan gaya kepemimpinannya.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 06 Nov 2019, 18:17 WIB
Kabareskrim Komjen Idham Azis bersiap menjalani Uji Kepatutan dan Kelayakan di Komisi III DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Idham Azis merupakan calon tunggal Kapolri yang ajukan Presiden Jokowi menggantikan Kapolri sebelumnya Tito Karnavian. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Idham Azis mengatakan, banyak informasi liar mengenai masa jabatan di institusi kepolisian. Idham menegaskan, tidak akan memperpanjang jabatannya sebagai Kapolri.

“Di depan bapak-bapak ini semua, saya yakinkan 14 bulan kemudian saya minta pensiun, karena belum satu minggu sudah banyak bilang saya mau diperpanjang. Saya tidak akan minta di perpanjang, sudah jelas itu,” kata Idham Azis di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Rabu (6/11/2019).

Idham Azis ditunjuk Presiden Jokowi menjabat Kapolri menggantikan Tito Karnavian yang diberi amanat menjadi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Kabinet Indonesia Maju. Idham mengatakan, bakal melanjutkan program Promoter yang digalakkan Tito Karnavian.

“Saya hanya penguatan saja,” ucapnya singkat.

Mantan Kabareskrim itu mengatakan, selama menjabat Kapolri dirinya bakal mengesampingkan orang-orang yang tidak suka dengan gaya kepemimpinannya. Idham menganalogikan dengan Patung Pancoran.

“Kalau masalah suka tidak suka, Patung Pancoran juga banyak yang tidak suka, apalagi saya. Jadi abang-abang kalau suka terimakasih. Kalau enggak suka, saya tinggal. Sama teman-teman juga begitu,” ucap Idham.

“Kan sama masalahnya sama Pak Tito, tidak mungkin bisa memenuhi keinginan Kapolda 34, Wakapolda 34. Saya paham masalah Pak Tito, masalah beliau, karena beliau sering curhat sama saya," katanya menambahkan.

Kepada seluruh anggota kepolisian, Idham hanya berpesan untuk menjaga institusi Polri tetap kokoh berdiri.

"Kepada abang-abang saya, senior saya. Saya besok boleh pergi berganti, bahkan boleh meninggal, tapi organisasi Polri harus tetap berdiri tegak selama NKRI berdiri,” ucap Idham.


Tak Percaya Ditunjuk Jadi Kapolri

Komjen Pol Idham Azis memberikan isyarat saat upacara pelantikannya sebagai Kapolri di Istana Negara, Jakarta, Jumat (1/11/2019). Idham Azis dilantik menjadi Kapolri menggantikan Tito Karnavian yang diangkat menjadi Mendagri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Jenderal Idham Azis mengaku tidak pernah menyangka dipercaya menjabat Kapolri. Idham pun menceritakan detik-detik dipanggil menghadap Presiden.

Idham mengatakan, ajudan Presiden Jokowi menghubungi untuk segera datang ke Istana. Idham langsung melaporkan ke Tito melalui sambungan telepon.

“Orang pertama yang saya telepon bapak Kapolri. Saya bilang saya nangkap Santoso berbulan-bulan tidak takut. Saya menghadapi teror berbulan-bulan tidak gemetar itu boleh tanya sama beliau. Tapi pada hari Selasa seperti ini (gemetar),” kata Idham.

Saat itu, Tito memberikan saran untuk segera menemui. “Berangkat itu pimpinan tertinggi kita. Berangkat,” kata Idham.

Pendek kata, ia bertemu empat mata dengan Presiden. Iaa mengaku tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan alasan. Waktu itu, Presiden bertanya kapan pensiun.

“Oh ya saya sudah pikirkan tadi malam. Saya putuskan nanti kamu ganti pak Tito,” ucap Idham menirukan suara Presiden

“Saya tidak tahu mau berkata apa jawabnya pun pelan sekali baru bilang siap,” timpal idham.

Idham mengaku kaget. Ia sama sekali tidak pernah bermimpi atas Jabatan Kapolri.

“Saya sebenarnya ini kartu mati kalau ibarat main gaple saya ini balak kosong. Sudah tidak ada orang yang memimpikan saya jadi kapolri dan saya tidak tahu jadi Kapolri,”ucap dia.


Saksikan video pilihan di bawah ini:

Komjen Pol Idham Azis melambaikan tangan kepada wartawan saat upacara pelantikannya sebagai Kapolri di Istana Negara, Jakarta, Jumat (1/11/2019). Idham Azis dilantik menjadi Kapolri menggantikan Tito Karnavian yang diangkat menjadi Mendagri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya