11 Ribu Ilmuwan dari 153 Negara Berkomitmen Atasi Perubahan Iklim

Lebih dari 11 ribu ilmuwan di seluruh dunia telah menandatangani pernyataan keilmuan menyatakan dunia menghadapi krisis perubahan iklim dan mendukung adanya tindakan nyata.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Nov 2019, 10:02 WIB
Ilustrasi perubahan iklim, polusi (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Canberra - Lebih dari 11 ribu ilmuwan di seluruh dunia telah menandatangani pernyataan keilmuan menyatakan dunia menghadapi krisis perubahan iklim dan mendukung adanya tindakan nyata.

Dalam pernyataan yang dimuat di jurnal BioScience, para ilmuwan mengatakan krisis perubahan iklim 'sudah tiba' dan 'lebih cepat dari yang diperkirakan oleh para ilmuwan.'

"Para ilmuwan memiliki kewajiban moral untuk dengan jelas memberikan peringatan mengenai ancaman buruk yang akan ada," kata pernyataan tersebut, seperti dikutip dari ABC Indonesia, Kamis (7/11/2019).

Negara seperti Inggris, Irlandia, dan Skotlandia termasuk negara yang menyatakan "keadaan darurat perubahan iklim" bersama dengan lebih dari 1000 kawasan lebih kecil dari negara, termasuk kota Canberra, Sydney dan Melbourne di Australia.

Bulan lalu pemerintah Federaal Australia menolak menyatakam adanya krisis iklim di seluruh Australia, dengan Menteri Pengurangan Emisi Australia Angus Taylor menyebut itu hanya tindakan 'simbolis.'

Lebih dari 400 ribu warga Australia sudah menandatangani petisi yang sekarang sudah diserahkan ke Parlemen, mendesak pemerintah menyatakan keadaan darurat soal perubahan iklim.

Professor William Ripple, seorang professor lingkungan terkemuka dari Oregon State University (AS) menjadi penggerak utama deklarasi para ilmuwan tersebut.

Dia mengatakan berharap pernyataan yang dikeluarkan bersama oleh para ilmuwan tersebut akan mendorong berbagai negara untuk membuat deklarasi yang sama.

Simak video pillihan berikut:


Diteken Ilmuwan dari 153 Negara

Ilustrasi perubahan iklim (climate change / File)

Pernyataan itu berisi tanda tangan para ilmuwan dari 153 negara dan menyerukan agar laporan mengenai perubahan iklim untuk mempertimbangkan indikator lebih luas tidak sekedar mengenai suhu permukaan bumi saja.

Mereka menyerukan dibuatnya indikator yang mengukur kegiatan manusia yang berdampak pada emisi gas rumah kaca, dan dampak keseluruhan terhadap perubahan iklim, lingkungan dan masyarakat.

Para ilmuwan ini tergabung dalam Aliansi Ilmuwan Dunia yang di tahun 2017 sudah mengeluarkan peringatan yang sama mengenai ancaman terhadap lingkungan dunia.

Mereka sekarang menyampaikan berbagai hal yang mereka sebut 'tanda vital' yang harus dilihat di Bumi yang lebih menggambarkan perubahan iklim.

Diantaranya adalah 15 kegiatan manusia yang bisa mengubah iklim seperti tingkat kesuburan, perjalanan udara, dan produksi daging, dan juga 14 pengukuran dampak perubahan iklim seperti tingkat keasaman laut, isi panas laut, dan jumlah peristiwa cuaca yang ekstrim.

Professor Thomas Newsome, dari University of Sydney yang juga menjadi salah satu penulis utama deklarasi mengatakan pengukuran ini harus menjadi bagia dari diskusi publik mengenai perubahan iklim.

"Kami berpendapat bahwa pemerintah di tingkat masing-masing negara bisa melaporkan data ini kepada publik sehingga perkembangannya bisa dipantau," kata Newsome.

"Juga publik bisa belajar bagaimana mereka bisa membuat perbedaan dalam hidup mereka sendiri yang bisa mengurangi dampak perubahan iklim," katanya lagi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya