Liputan6.com, Jakarta Megaproyek pembangunan kilang yang sedang digarap PT Pertamina (Persero) akan memberikan manfaat berganda bagi negara dan masyarakat, sehingga akan menciptakan pertumbuhan yang signifikan.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang mengatakan, dari sisi pendapatan negara, pembangunan kilang akan memberikan dampak signifikan bagi keuangan negara.
Baca Juga
Advertisement
Cadangan devisa akan meningkat hingga USD 12 miliar per tahun dan penerimaan pajak yang diprediksi mencapai USD 109 miliar.
“Selama ini Pertamina tercatat sebagai kontributor tertinggi bagi keuangan negara melalui pajak, dividen dan signature bonus serta pemasukan lainnya. Inilah salah satu dedikasi Pertamina sebagai perusahaan negara dalam mendukung keuangan negara yang sehat,” kata Talullembang, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Dia melanjutkan, pembangunan dan modernisasi kilang nasional akan menggairahkan industri dalam negeri yang sejalan dengan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mencapai 35 persen.
Hal ini jadi peluang bagi industri dalam negeri untuk bermitra dengan Pertamina untuk menyukseskan megaproyek pembangunan dan pengembangan kilang.
"Belajar dari pengalaman, pembangunan kilang dampaknya sangat signifikan dalam membangun sebuah kota industri dan perdagangan dengan pesat," ujar Talullembang.
Dia mengungkapkan, perekonomian kota yang dibangun kilang akan tumbuh dengan cepat. Selain itu industri besar maupun kecil juga tumbuh signifikan. Pasalnya, keberadaan proyek tersebut juga akan menciptakan peluang usaha skala kecil.
Pembangunan kilang juga akan membuka lapangan pekerjaan yang besar. Tercatat lapangan kerja akan tercipta untuk 172 ribu orang, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak pekerjaan proyek sampai operasional berjalannya kilang.
“Dengan terbukanya lapangan pekerjaan masyarakat akan mendapatkan sumber penghasilan sehingga daya beli meningkat yang pada gilirannya akan mendorong kehidupan masyarakat yang sejahtera,” tandasnya.
Untuk diketahui, Pertamina sedang menggarap enam megaproyek pembangunan kilang, terdiri dari pembangunan dua kilang baru melalui program New Grash Root Refinery (NGR) meliputi kNGRR Tuban dan NGRR Bontang.
Serta empat peremajaan dan pengembangan kilang melalui program Refinery Development Master Plan (RDMP) meliputi RDMP Cilacap, RDMP Balikpapan, RDMP Balongan, RDMP Dumai.
Pertamina Percepat Pembangunan 6 Kilang
PT Pertamina (Persero) menyatakan, proyek pembangunan kilang masih tetap berjalan, bahkan langkah percepatan ditempuh agar fasilitas tersebut cepat beroperasi sehingga dapat meningkatkan ketahanan energi.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang mengatakan, untuk mengerjakan proyek kilang harus menempuh proses cukup panjang, diperkirkan untuk membangun satu unit kilang membutuhkan waktu sekitar 8 tahun.
"Satu lagi karakteristik dia punya time horizon yang panjang bukan satu dua tahun, dari proses awal koseptual, konsturksi itu 8 tahun. Nggak bisa tahun ini kita declare tahun depan sudah jadi," kata Talullembang, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Baca Juga
Dia pun menegaskan, pembangunan proyek kilang masih berjalan, Pertamina pun terus melakukan berbagai terobosan untuk mempercepat pembangunan enam kilang yang masuk dalam program Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Roof Refinery (GRR).
Proyek RDMP dan GRR akan meningkatkan kapasitas kilang terpasang menjadi dua kali lipat dari 1 juta barrel pada saat ini, menjadi 2 juta barrel. Dengan peningkatan signifikan, maka seluruh kebutuhan BBM bisa dipenuhi oleh kilang sendiri.
“Pertamina melakukan sejumlah akselerasi agar proyek yang ditetapkan Presiden sebagai proyek strategis nasional ini, bisa segera terwujud. Inilah impian besar kita dalam membangun ketahanan dan sekaligus kemandirian energi,” ujar Talullembang.
Adapun kilang yang mengalami percepatan adalah proyek RDMP Balongan, pada proyek tersebut Pertamina melakukan dua tahap pembangunan dalam satu waktu, sehingga realisasi proyek bisa selesai satu tahun lebih cepat dari jadwal.
Tahapan tersebut berupa Studi kelayakan (feasibility study) RMDP Balongan tahap I sudah dilakukan dan dilanjutkan dengan penetapan dan pengadaan lahan. Untuk tahap II, sedang dilakukan studi kelayakan.
Advertisement