Liputan6.com, Jakarta - Penting bagi Anda untuk menyaksikan The Shinning (Stanley Kubrick, 1980) sebelum menonton Doctor Sleep. Ya, Doctor Sleep merupakan lanjutan The Shinning.
Jeda 39 tahun bisa membuat Anda lupa-lupa ingat akan alur maupun penokohan The Shinning. Atau bisa jadi, calon penonton Doctor Sleep belum lahir saat The Shinning meneror pasar dan menerima tepuk tangan para kritikus.
Doctor Sleep mengisahkan 31 tahun setelah tragedi di film The Shinning. Lalu, Doctor Sleep melompat tujuh sampai delapan tahun ke depan.
Baca Juga
Advertisement
Menonton The Shinning, selain menjadi “ibadah” bagi para pencinta film horor, membuat kita mengerti bagaimana mood film yang didasari buku karya Stephen King ini. Selain itu, tempo serta gaya penceritaan The Shinning dan Doctor Sleep relatif sama.
Gambar-gambarnya puitis. Yang terjadi di layar sarat makna, dari ekspresi para pemain hingga mengapa salju harus turun. Plus, Anda akan tahu posisi Doctor Sleep sebagai penerus sekaligus tribut bagi The Shinning lewat ilustrasi musik dan properti yang digunakan.
Sedikit Cerita
Sedikit gambaran untuk Anda yang belum menonton The Shinning. Jack Torrance (diperankan Jack Nicholson) direkrut untuk berjaga di Hotel Overlook yang tutup selama musim salju. Jack Torrance membawa istri, Wendy (Shelley Duvall) dan anaknya, Danny (Danny Lloyd) selama bertugas di Overlook.
Rupanya, hotel ini menyimpan kisah kelam. Dulu, ada tragedi pembunuhan di sana. Beberapa hari bertugas, Jack melihat hal-hal janggal. Perlahan, perilaku Jack menjadi aneh bahkan berniat membantai istrinya sendiri.
Singkat kata, Wendy dan Danny selamat dari petaka di Hotel Overlook. Dalam Doctor Sleep, Wendy (Alex Essoe) dan Danny (Roger) pindah ke Florida untuk memulai hidup baru. Wendy meninggal saat Danny berusia 20 tahun.
Danny dewasa (Ewan) bekerja di kota kecil bersama sahabatnya, Billy (Cliff). Suatu hari, Danny ditemui gadis kecil bernama Abra (Kyliegh). Abra memiliki kelebihan seperti Danny, bisa berkomunikasi lewat pikiran, merasuki dan membaca hati orang lain. Kemampuan yang selama ini dikenal sebagai “bersinar.”
Advertisement
Awet Muda
Abra hidup bersama ibu, Lucy (Jocelin) dan Dave Stone (Zackary). Sekitar 2.400 km dari tempat keluarga Stone tinggal, ada komunitas True Knot. Mereka hidup dan awet muda karena memakan uap rasa sakit dan ketakutan dari anak-anak yang punya kemampuan “bersinar".
True Knot dipimpin Rose The Hat (Rebecca) dan Gagak (Zahn). Keduanya merekrut personel baru, gadis berusia 15 tahun, Andi Pagut Ular (Emily) yang mampu menghipnotis orang lain. Abra yang tahu sepak terjang Rose bekerja sama dengan Danny untuk menghentikannya.
Menguji Kesabaran
Begini, 60 menit pertama film ini benar-benar menguji kesabaran. Beberapa adegan dari lokasi berbeda hilir mudik di layar. Anda harus fokus untuk mengenali setiap kota, tahun berapa, dan apa yang terjadi di sana.
Layaknya film spionase yang menuntut tokoh utama dan villain melompat-lompat lintas-kota, begitulah Doctor Sleep mendongeng. Nyaris bikin kami terkantuk-kantuk mengingat setiap kota punya ceritanya sendiri. Sepintas tak saling berhubungan dan sekadar memperkenalkan para tokoh berikut polah mereka.
Advertisement
Disanjung
Letupan-letupan kecil mulai terdengar berisik setelah satu jam bergulir. Kita melihat True Knot beraksi, mencari-cari mangsa, menghirup uap murni untuk melanggengkan kesintasan. Sineas Mike Flanagan mempresentasikan kekejian dengan sinematografi indah sekaligus syahdu.
Kinerja sinematografer Michael Fimognari patut disanjung. Terampil membingkai panorama, seperti perjalanan di antara amparan perkebunan. Bahkan, Rose The Hat berdiri di tembok merah polos dengan tumpukan kursi di sisi kanan pun tampak estetis.
Melenakan
Suasana horor Doctor Sleep tak dibangun dari gambar serbamuram, cahaya remang-remang, atau adegan berlatar malam-malam panjang. Sebaliknya, Mike menekankan pada koneksi antartokoh yang diproses perlahan.
Jauh dari kesan ujug-ujug alias instan. Abra dan Danny bertemu setelah penonton mengetahui latar belakang masing-masing. True Knot beroperasi setelah kita paham gaya hidup mereka termasuk cara merekrut anggota baru. Bagi yang tak sabar, satu jam pertama Doctor Sleep benar-benar melenakan.
Advertisement
Mesin Nostalgia
Apalagi, setelah kita tahu anggota baru yang direkrut tak berdampak besar pada struktur cerita dan perkembangan tokoh utama. Doctor Sleep melanjutkan hidup sang tokoh utama, mampu berdiri sendiri sebagai cerita baru, menampilkan tokoh baru sebagai simbol harapan, dan saat bersamaan tak lupa pada ibu kandung yang membesarkannya (baca: The Shinning).
Bagi yang telah menonton The Shinning, beberapa adegan Doctor Sleep menjadi mesin nostalgia yang agresif. Dari nomor kamar hingga ilustrasi musik yang membimbing penonton ke babak akhir.
Adegan Akhir yang Emosional
Omong-omong babak akhir, Mike menyuguhkan adegan pamungkas yang grande, emosional, dan powerful. Babak ini sungguh menjadi penghormatan bagi film sebelumnya yang masuk kategori legendaris.
Ewan, Kyliegh, dan Rebecca membawakan adegan ini dengan emosi beragam. Ewan stabil, Rebecca meledak-ledak sementara si kecil Kyliegh mampu mengimbangi keduanya. Saran kami, siapkan kondisi prima mengingat durasi Doctor Sleep panjang. Sekali lagi, satu jam pertama film ini sangat patut diantisipasi.
(Wayan Diananto)
Advertisement