Harga Minyak Mentah Indonesia Turun USD 1,02 per Barel

Harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada Oktober 2019 sebesar USD 59,82 per barel, turun USD 1,02 per barel.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 07 Nov 2019, 09:30 WIB
Industri migas tergolong industri dengan risiko tinggi, karena itulah pengelolaan krisis menjadi perhatian utama.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) Oktober 2019 sebesar USD 59,82 per barel, turun USD 1,02 per barel dari USD 60,84 per barel pada bulan sebelumnya.

Dikutip dari situs resmi Ditjen Migas Kementerian ESDM, Kamis (7/11/2019). Tim harga minyak Indonesia menyebut penurunan ini disebabkan oleh pesimisme pasar akan tercapainya kesepakatan dalam pembicaraan dagang Amerika Serikat (AS)-China Tahap 1.

Kondisi tersebut tidak hanya berpengaruh pada rata-rata ICP, tetap juga pada ICP jenis SLC yang turun sebesar USD 1,08 per barel dari US$ 61,06 per barel menjadi USD 59,98 per barel. Harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada bulan Oktober 2019, juga mengalami penurunan dibandingkan bulan September 2019.

Selain disebabkan oleh pesimisme terhadap kesepakatan dalam pembicaraan dagang Amerika Serikat (AS)-China Tahap 1, penurunan harga minyak juga disebabkan oleh meningkatnya keyakinan pasar atas jaminan pasokan minyak mentah global (security of supply).

Ini seiring dengan semakin meningkatnya stok minyak mentah komersial negara-negara OECD, seperti dilansir oleh laporan International Energy Agency (IEA) periode Oktober 2019, yang mencapai rekor lebih dari 3 juta barel serta tambahan stok dari negara-negara anggota IEA sebesar 1,6 juta barel yang setiap saat dapat dilepas ke pasar.

"Asumsi pasar bahwa permintaan minyak mentah global akan tetap melemah seiring memburuknya pertumbuhan ekonomi global, juga menyebabkan penurunan harga minyak Oktober," papar Tim harga minyak Indonesia.

Pemicu lainnya adalah keraguan pasar terhadap realisasi dari wacana OPEC+, untuk memperbesar volume pemotongan produksi dalam pertemuan pada Desember 2019 mendatang, setelah Rusia menunjukan sikap waspada dalam menanggapi wacana tersebut.

Terakhir, respon pasar minyak yang negatif atas sejumlah serangan di beberapa fasilitas minyak mentah di Arab, serta kepastian Arab Saudi dapat mengembalikan sebagian besar pasokan minyak yang hilang, lebih cepat dari yang diperkirakan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Untuk Kawasan Asia Pasifik

Sebagai industri yang padat modal dan berisiko tinggi, sektor hulu minyak dan gas bumi sangat membutuhkan iklim investasi yang mendukung.

Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh melemahnya perekonomian regional, ditandai dengan keterlibatan pemerintah yang terus-menerus dalam pemberian stimulus, terutama penyesuaian tingkat suku bunga, seperti yang terjadi di China dan India.

Selain itu, melemahnya marjin kilang di Asia seiring peningkatan biaya pengangkutan akibat pengenaan sanksi AS terhadap sejumlah perusahaan pelayaran China, serta berkurangnya ketersediaan kapal akibat proses perbaikan untuk mematuhi ketentuan pembatasan sulfur oleh IMO.

"Faktor lainnya adalah berlimpahnya pasokan produk minyak akibat peningkatan aktifitas kilang di beberapa negara Asia," tambah Tim harga minyak Indonesia.

Selengkapnya perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional, sebagai berikut:

- Dated Brent turun sebesar US$ 3,05 per barel dari US$ 62,77 per barel menjadi US$ 59,72 per barel.

- WTI (Nymex) turun sebesar US$ 2,96 per barel dari US$ 56,97 per barel menjadi US$ 54,01 per barel.

- Basket OPEC turun sebesar US$ 2,48 per barel dari US$ 62,36 per barel menjadi US$ 59,88 per barel.

- Brent (ICE) turun sebesar US$ 2,66 per barel dari US$ 62,29 per barel menjadi US$ 59,63 per barel.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya