Liputan6.com, Jakarta Menonton film menjadi salah satu kegiatan yang banyak dipilih orang untuk mengatasi rasa bosan atau mengisi waktu luang. Apalagi dengan banyaknya genre film membuat film menjadi hiburan favorit semua kalangan. Salah satu film yang memiliki banyak penggemar adalah genre sedih.
Baca Juga
Advertisement
Kadang jalan cerita yang mirip dengan pengalaman hidup, membuat seseorang bisa teringat kenangan lama yang semakin membuat luapan emosi menjadi-jadi. Tak banyak yang tahu ternyata menonton film sedih justru memberikan keuntungan bagi kesehatan jiwa karena bisa memberikan perasaan lebih membahagiakan setelah selesai menonton.
Penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti di Oxford University mengatakan bahwa menonton film traumatis mampu meningkatkan perasaan, seperti yang Liputan6.com lansir dari News Feed, Kamis (7/11/2019). Selain itu bisa meningkatnya toleransi pada rasa sakit dengan menaikkan zat kimia perasaan bahagia dan penghilang rasa sakit yang diproduksi di otak.
Penjelasan Ilmiah Nonton Film Sedih Bisa Buat Bahagia
Hal ini nyatanya bisa memicu produksi hormon endorfin yang akan dilepaskan oleh otak untuk menurunkan kadar stress. Sehingga efeknya seseorang lebih merasa bahagia dan meningkatkan rasa empati, mencintai, serta mempercayai orang lain.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Royal Society Open Science ini dilakukan dengan membagi partisipan untuk menonton dua film yang berbeda, yaitu film drama (Stuart: A Life Backwards) dan film dokumenter non drama (The Museum of Life).
Keduanya kelompok partisipan itu kemudian diuji sensivitas terhadap rasa sakit melalui prosedur Roman chair. Dalam prosedur ini, peserta mengambil posisi seperti duduk menyandar ke dinding, tapi tanpa kursi.
Kondisi ini akan memunculkan rasa panas dan nyeri di otot kaki, yang dapat dikurangi lewat pelepasan hormon endorfin. Hasilnya, kelompok penonton Stuart: A Life Backwards mampu melakukan Roman chair lebih lama dari sebelum menonton dan penonton dokumenter non drama.
Advertisement
Pembuktian Penelitian Lain
Selain itu, para peneliti di Ohio State University pun menganalisa teori yang cukup kontradiktif itu. Mereka melihat bahwa semakin banyak kesedihan dan kisah tragis yang terekspos dalam sebuah film, penonton akan semakin menikmatinya.
Studi yang dipimpin oleh Profesor Silva Knobloch-Westerwick tersebut, melibatkan 100 orang responden. Mereka diminta menonton film 'Atonement', mengisahkan sepasang kekasih yang terpisah dan terbunuh di tengah peperangan.
Sebelum dan setelah menonton film, peneliti memberi responden sejumlah pertanyaan untuk mengetahui kadar kebahagiaan mereka. Peneliti juga menanyakan perasaan mereka sebanyak tiga kali selama film diputar, guna mengukur level berbagai macam emosi yang mereka rasakan, termasuk kesedihan.
Usai menonton film, para responden pun diminta untuk mengungkapkan seberapa besar mereka menikmati film tersebut. Dari cara mereka menceritakan, peneliti melihat bagaimana mereka merefleksikan diri sendiri, hubungan asmara dan kehidupan pribadi secara umum.
Dengan kata lain, film tersebut telah memberikan kebahagiaan jangka pendek kepada para responden. Pasalnya, film yang berakhir dengan tragis membuat mereka jadi merasa lebih menghargai orang-orang yang mereka sayangi, termasuk pasangan.