Liputan6.com, Amman - Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) telah mengundurkan diri setelah terlibat dalam skandal yang melibatkan tuduhan nepotisme, penyalahgunaan wewenang dan berselingkuh dengan seorang karyawan.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, PBB mengatakan Pierre Krähenbühl telah mengundurkan diri dengan segera dari perannya sebagai komisaris jenderal di badan tersebut setelah penyelidikan internal menemukan "masalah manajemen," demikain seperti dikutip dari the Guardian, Kamis (7/11/2019).
Baca Juga
Advertisement
Krähenbühl mengajukan pengunduran dirinya kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Rabu di tengah meluasnya skandal itu hanya beberapa jam setelah dia setuju untuk mundur sementara pada hari sebelumnya.
Temuan awal penyelidikan "tidak termasuk penipuan atau penyalahgunaan dana operasional" oleh Krähenbühl, seorang juru bicara PBB mengatakan secara terpisah. "Namun, ada masalah manajerial yang perlu ditangani."
Penyelidikan internal yang bocor tentang dugaan kesalahan di UNRWA, yang diselesaikan akhir tahun lalu, menuduh agensi pengungsi Palestina itu "secara kredibel dan meyakinkan" telah melanggar etika yang serius, termasuk beberapa yang melibatkan Krähenbühl.
Kantor sekretaris jenderal PBB mengatakan penyelidikan lanjutan telah "mengungkapkan masalah manajemen yang berhubungan khusus" dengan kepala badan yang dikhususkan mengawasi pengungsi Palestina di Tepi Barat, Yordania, Gaza dan sejumlah wilayah Timur Tengah lain.
Sekjen PBB Antonio Guterres telah menunjuk Christian Saunders sebagai pelaksana tugas Kepala UNRWA sementara.
Simak video pilihan berikut:
Dugaan Hubungan Gelap?
Narasumber yang anonim mengatakan, tuduhan tentang Krähenbühl melibatkan hubungannya dengan seorang anggota staf perempuan, yang dengannya dia terbang keliling dunia dalam perjalanan kelas bisnis dan tinggal di hotel-hotel butik.
Menurut laporan media Swiss awal tahun ini, Krähenbühl, yang sudah menikah, dilaporkan memberikan posisi untuk seorang wanita yang dengannya ia diduga memiliki hubungan. Pembiayaan itu didanai oleh kementerian luar negeri Swiss dari Maret 2015 hingga Desember tahun lalu.
Beberapa negara donor, termasuk Swiss dan Belgia, menangguhkan pendanaan untuk UNRWA, yang memberikan dukungan kepada 5,5 juta pengungsi Palestina, atas tuduhan tersebut.
Dugaan kelakuan tidak pantas di pucuk pimpinan agensi juga dilaporkan melibatkan staf senior lainnya, dengan beberapa pengaduan diduga melibatkan upaya untuk menutupi kesalahan lainnya.
Masalah-masalah di agensi diyakini terungkap setelah dua lusin staf senior mengadu ke petugas etika UNRWA, yang menyelesaikan laporan tentang dugaan untuk kemudian dilaporkan kepada Sekjen PBB Antonio Guterres pada Desember tahun lalu.
Laporan itu bocor musim panas ini, di tengah frustrasi lambatnya kemajuan dari penyelidikan PBB.
Meskipun Krähenbühl dianggap sebagai advokat yang sangat efektif untuk lembaganya --di mana ia berhasi menutup kekurangan dana setelah Presiden AS Donald Trump memotongnya-- namun, atak ketidakpuasan terhadap kepemimpinan pria Swiss tersebut.
Penyelidikan yang bocor menggambarkan "lingkaran dalam" di sekitar Krähenbühl diduga melakukan praktik nepotisme.
Mereka dituduh "terlibat dalam pelanggaran, nepotisme, politik balas budi ... dan penyalahgunaan wewenang lainnya."
Pernyataan UNRWA mengatakan peninjauan berkelanjutan oleh kantor pengawasan internal PBB menemukan sejumlah bidang yang perlu diperkuat.
Hubungan nyata di jantung tuduhan telah mendorong spekulasi luas di dalam agensi tersebut, ketika kedua pejabat itu terbang bersama-sama di seluruh dunia, diduga kadang-kadang tinggal di sebuah hotel terpisah dengan staf lain.
Advertisement
Jubir UNRWA Meminta Para Negara Donor Tetap Berkomitmen Bantu Palestina
Dalam sebuah pernyataan awal tahun ini mengenai klaim tersebut, juru bicara badan tersebut, Tamara Alrifai, mengatakan: "Ada penyelidikan yang sedang berlangsung tentang UNRWA. Namun soal kabar yang disebarluaskan, itu hanya dugaan dan desas-desus."
Dia mengimbau orang-orang untuk "menunggu kesimpulan yang sebenarnya" dan bagi para donor untuk "menjaga pendanaan mereka" bagi para pengungsi Palestina.
Pada awal Juli, Krähenbühl menolak karakterisasi laporan tentang agensi dan kepemimpinan seniornya.
"Jika penyelidikan saat ini - setelah selesai - adalah untuk menyajikan temuan yang memerlukan tindakan korektif atau tindakan manajemen lainnya, saya tidak akan dan kami tidak akan ragu untuk mengambilnya," katanya.
Israel menyatakan "sangat prihatin" atas temuan tersebut, dengan mengatakan mereka mengonfirmasi perlunya "perubahan yang mendalam dan komprehensif" di UNRWA.
"Mundurnya Krähenbühl hanyalah langkah pertama dalam proses panjang yang diperlukan untuk memberantas korupsi, meningkatkan transparansi dan mencegah politisasi badan tersebut," kata kementerian luar negeri Israel.