Jakarta - Melihat sejarahnya, Liverpool dan Manchester City tidak memiliki persaingan panas. Liverpool lebih sengit berseteru dengan Everton dan Manchester City. Sementara Manchester City selalu terlibat dalam persaingan sengit dengan Manchester United.
Namun, selama dua musim terakhir, tak terbantahkan bahwa duel Liverpool Vs Manchester City adalah pertandingan paling intens di Inggris.
Advertisement
Dua tim brilian yang bersaing sengit memperbutkan posisi puncak Premier League. Kedua klub dipimpin oleh dua manajer terbaik di dunia, Jurgen Klopp dan Pep Guardiola.
Setiap pertandingan Liverpool kontra Manchester City selama dua musim terakhir menjadi tontonan yang seru. Baik saat The Reds menang 4-3 di Anfield, di mana Liverpool mengakhiri rekor tak terkalahkan City. Atau 2-1 di Etihad musim lalu yang sangat penting dalam upaya City merebut kembali posisi puncak klasemen.
Sekarang, Manchester City tertinggal enam poin di belakang The Reds, kedua tim akan bertemu di Anfield pada akhir pekan ini.
Jurgen Klopp dan anak buahnya akan berusaha untuk memperpanjang keunggulan mereka di puncak. Sedangkan Pep Guardiola dan timnya akan berjuang sekuat tenaga memperpendek jarak dengan sang rival.
Situs Sportskeeda menjagokan Liverpool bakal memenangi duel. Apa saja alasannya?
Keangkeran Anfields
Terakhir kali Liverpool kalah di Anfield di Liga Premier adalah pada 23 April 2017, ketika Crystal Palace mengalahkan The Reds. Sudah 862 tim asuhan Jurgen Klopp tak tersentuh di stadion kandang legendaris mereka.
Ini adalah rekor yang fantastis, tidak ada tim lain di Inggris yang menyamainya. Manchester City, di sisi lain, kalah di kandang dari Wolves hanya beberapa minggu lalu.
Tugas yang dihadapi Pep Guardiola dan anak buahnya amat berat. Anfield adalah stadion yang dikenal karena suasananya, sering digambarkan sebagai "neraka" oleh tim dan manajer lawan.
Guardiola tahu semua tentang ini, seperti pada tahun 2018, Liverpool yang mengakhiri rekor tak terkalahkan timnya di Liga Premier di Anfield, dalam pertandingan di mana Cityzens kalah 1-4.
Di Liga Champions, City kalah 0-3 di tempat yang sama. Jadi ketika Manchester City tiba di Liverpool pada hari Minggu, mereka tidak hanya menghadapi 11 pemain di puncak permainan mereka; mereka juga menghadapi lebih dari 50.000 orang suporter yang akan berteriak sepanjang pertandingan memberikan tekanan psikologis buat kubu tamu.
Advertisement
Lini Pertahanan City Menderita Tanpa Laporte
Meskipun Liverpool tampil tanpa stoper andalan, Joel Matip, keseimbangan permainan lini belakang The Reds tak terlihat goyah. Beda situasi dengan Man City yang terlihat menderita tanpa Aymeric Laporte yang tengah cedera berat.
Sejak didatangkan pada 2018, Laporte menjelma jadi bek kelas dunia yang amat diandalkan City. Ia pemain belakang yang dikenal mobil. Bisa diandalkan untuk memulai permainan dan juga amat tangguh, sulit untuk ditaklukkan.
Pep Guardiola dan timnya telah kehilangan enam poin di liga musim ini setelah cedera pemain internasional Prancis itu. Dua kekalahan itu terjadi saat melawan Norwich City dan Wolves. Bayangkan pada akhir pekan ini lini pertahanan City akan menghadapi Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Roberto Firmino yang tengah on-fire.
Meskipun Liverpool juga memiliki pertahanan yang lebih lemah dari musim lalu, performa The Reds menanjak di awal Premier League ini. Mereka hanya kehilangan poin melawan Manchester United.
Mentalitas Juara The Reds
Dalam lima pertandingan terakhir, Liverpool memenangi empat laga dan sekali hasil imbang melawan Manchester United. Lepas dari rekor tak terkalahkan itu, kinerja lini belakang The Reds jadi sorotan.
Belakangan Liverpool kerap menang dengan cara sulit di menit-menit akhir. Mereka beberapa kali terjebak dalam situasi tertinggal terlebih dahulu.
Ya terlepas Jurgen Klopp tidak puas dengan performa anak-buahnya, para Liverpool telah menunjukkan mentalitas juara. Mereka selalu bisa keluar dari tekanan, untuk kemudian meraih kemenangan.
Sumber: Sporstkeeda
Disadur dari Bola.com (Ario Yosia, Published 08-11-2019)
Advertisement