Liputan6.com, Banyumas - Ada anomali di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Desa ini dilintasi Sungai Serayu, namun pertanian terkendala lantaran sawahnya tadah hujan.
Air sungai serayu melimpah sepanjang tahun. Tetapi, sawah atau ladang kekeringan, terkecuali sang pemilik sawah menyiramnya dengan mesin sedot air.
Ada pula embung. Namun, pada kemarau panjang embung pun turut mengering dan gagal menjadi sumber pengairan.
Pendek kata, jika tak mengeluarkan biaya ekstra untuk BBM bagi pemilik mesin sedot, atau menyewa mesin pompa air, hasil pertanian di sawah tadah hujan akan turun drastis pada kemarau.
Baca Juga
Advertisement
Permasalahan ini tak lepas dari perhatian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yang tiga tahun terakhir ini mendampingi Desa Wlahar Wetan. Dampingan dilakukan oleh Fakultas Pertanian melalui program Bina Desa yang bersumber dari BLU Unsoed untuk mendukung Pemerintah Desa Wlahar yang memproyeksikan desa ini sebagai agroekowisata.
Tenaga ahli tim pendamping desa binaan Fakultas Pertanian Unsoed Arief Sudarmaji, Ph.D mengatakan, untuk mengatasi persoalan pengairan di lahan pertanian Wlahar Wetan, Unsoed memilih panel surya sebagai sumber energi pompa air untuk mengangkat air dari Sungai Serayu.
Energi surya dipilih lantaran pancaran matahari amat melimpah dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya, misalnya angin. Angin bersifat fluktuatif. Sebaliknya, matahari, relatif lebih stabil untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi bidang pertanian.
“Lebih Kontinyu di Desa Wlahar Wetan dibanding tenaga alternatif lain, seperti energi angin,” katanya, Kamis, 7 November 2019.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Desa Penghasil Bibit Padi Unggul Bersertifikat
Spesifikasi instalasi yang diterapkan yakni panel surya 200Wp, solar controller 30A, inverter 500W, aki penyimpan 110Ah, pompa air 125 W.
Dia menjelaskan, pengujian instalasi listrik tenaga surya untuk menggerakkan pompa air untuk menaikkan air dari Sungai Serayu mampu mengangkat air dari Sungai Serayu sejauh 32 meter dengan ketinggian 4 meter untuk kemudian dialirkan ke lahan sejauh 30 meter.
“Guna mengairi tanaman menggunakan sprinkler,” ujarnya.
Tim PPM Bina Desa Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto, Dyah Susanti mengatakan, selain teknologi pengairan dengan memanfaatkan tenaga surya, sebelumnya Unsoed juga mendampingi Desa Wlahar Wetan dalam pengembangan pertanian. Di antaranya, penanaman varietas unggul baru padi Gogo Aromatik yang toleran terhadap kekeringan, Inpago Unsoed 1.
Program yang menggunakan sistem pertanian organik ini diklaim sukses meningkatkan produksi hingga 31,2 persen. Pada tahun 2018 kelompok pertanian di Wlahar Wetan bermitra dengan perusahaan dan dengan pendampingan teknologi tim Faperta Unsoed, telah mampu menghasilkan benih padi Inpago Unsoed 1 bersertifikat.
Program lainnya adalah pengembangan pertanian sehat melalui sistem pertanian organik. Selain pupuk organik untuk mendukung daya dukung lahan bagi produksi tanaman, pengendalian hama dan penyakit tanaman menggunakan pestisida nabati dan sistem pengendalian hama ramah lingkungan.
“Tanaman refugia juga diterapkan sebagai langkah pengendalian hama dan penyakit terpadu,” ucap Dyah.
Kamis, 7 November 2019, instalasi pengairan dengan listrik tenaga surya resmi diluncurkan. Dalam kesempatan itu, Dekan Fakultas Pertanian Unsoed, DR Ainur Rosyad MS secara simbolis juga menyerahkan dan menanam kelapa genjah Kuning Nias dan tanaman hias untuk mendukung pengembangan sektor pertanian dan agrowisata.
“Dalam rangka meningkatkan kemajuan dan daya saing Desa Wlahar Wetan,” Dyah menjelaskan.
Advertisement