Atasi Defisit Transaksi Berjalan, Ini Saran Sandiaga Uno ke Pemerintah

Saran yang diberikan Sandiaga Uno yaitu dengan meningkatkan investasi pengelolaan sektor minyak dan gas (migas).

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Nov 2019, 14:37 WIB
Inspiring Leader Sandiaga Uno saat menghadiri acara Young Penting Indonesia di Jakarta, Sabtu (13/7/2019). Acara ini bertujuan untuk mempersatukan Indonesia. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno menyebut ada beberapa langklah efektif yang perlu dilakukan pemerintah dalam menekan defisit transaksi berjalan (current account deficit /CAD). Salah satunya adalah meningkatkan investasi pengelolaan sektor minyak dan gas (migas).

"Sehingga kita berhenti mengimpor yang menyumbag defisit neraca perdagangan itu kan dari impor migas," kata Sandiaga saat ditemui di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (8/11).

Pemerintah juga perlu mempercepat kilang-kilang minyak baik yang kecil, menengah, maupun besar untuk segera beroprasi. Tak hanya itu, dirinya juga menyarankan agar pemerintah terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk konversi dari energi konvensional menjadi energi baru dan terbarukan.

"Dan untuk penggunaan dari migas yang transportasi paling banyak, kita harus gerakan nih penggunaan transportasi umum seperti Jak lingo milik pemprov tempat saya dulu bekerja. Jadi ini yang harus dilakukan secara masif," kata dia.

Seperti diketahui, pada kuartal I2019 Bank Indonesia (BI) mencatat CAD berada di level 2,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh lebih besar ketimbang defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2018 yang berada di level 2,01 persen dari PDB.

Kemudian pada kuartal II 2019, CAD membengkak menjadi 3,04 persen dari PDB. CAD pada tiga bulan kedua tahun ini juga lebih besar dalam ketimbang capaian pada periode yang sama tahun lalu di level 3,01 persen dari PDB.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Hadapi Perlambatan Ekonomi, Pemerintah Harus Kurangi Defisit Transaksi Berjalan

Tumpukan uang di ruang penyimpanan uang BNI, Jakarta, Senin (2/11/2015). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat jumlah rekening simpanan dengan nilai di atas Rp2 M pada bulan September mengalami peningkatan . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A Chavez bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara beberapa hari lalu. Pertemuan ini membahas kondisi perekonomian global.

Salah satu isu yang disoroti ialah pertumbuhan ekonomi global yang cenderung melambat serta dampaknya ke negara-negara kawasan Asia seperti Indonesia.

Dikutip dari bahan presentadi Bank Dunia, Jumat (6/9/2019), ekonomi global tengah melambat dan meningkatkan risiko resesi bagi sejumlah negara besar, tak terkecuali Amerika Serikat (AS) sendiri.

Tak hanya itu, perang dagang AS-China juga turut memperparah kondisi geopolitik dan pertumbuhan ekonomi global saat ini. Indonesia, terdampak signifikan akibat perlambatan ekonomi ini.

Pemerintah tidak hanya perlu mengurangi defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) untuk memitigasi ancaman perlambatan ekonomi global, tetapi juga perlu meningkatkan arus modal asing ke dalam negeri atau Foreign Direct Investment (FDI).

Bank Dunia memperkirakan CAD Indonesia di akhir 2019 sebesar USD 33 miliar, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar USD 31 miliar. Dengan pertumbuhan FDI Indonesia yang juga lesu, FDI Indonesia diperkirakan hanya tumbuh sebesar USD 22 miliar.

Sebab itu, Indonesia setidaknya dinilai membutuhkan USD 16 miliar per tahun aliran dana masuk atau pembiayaan eksternal untuk menutup gap defisit ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya