Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk (inflow) telah mencapai Rp 260 triliun. Angka tersebut diperoleh sejak awal tahun hingga 7 November 2019.
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo menyebutkan inflow tersebut masuk melalui berbagai instrumen. Diantaranya pasar saham, obligasi sertaSurat Berharga Negara (SBN).
"Inflow bahkan sampai year to date tanggal 7 November berjumlah Rp 260 triliun rupiah sebagian besar berasal dari inflow ke SBN. Di minggu laporan inflownya bahkan mencapai 8 triliun rupiah yang sebagian besar dari SBN," Kata dia saat ditemui di Mesjid Kompleks Gedung BI, Jakarta, Jumat (8/11).
Baca Juga
Advertisement
Dodi menegaskan hal itu sebagai tanda bahwa ekonomi Indonesia masih terlihat menarik di mata investor.
"Itu gambaran overall sehingga terlihat warna positifnya muncul dan satu hal yang bisa saya katakana adalah investor sangat positif melihat Indonesia," ujarnya.
Seperti diketahui, Produk Domestik Bruto (PDB) 5,02 persen, angka tersebut di atas perkiraan pasar sehingga menimbulkan sentimen yang positif.
"Kedua, rilis terkait cadev naik USD 2,4 miliar juga positif," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jurus Sri Mulyani Tahan Arus Modal Asing Keluar dari RI
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Pemerintah akan terus waspada terhadap segala gejolak ekonomi global yang tengah terjadi.
Hal ini ia ungkapkan merespons bahan presentasi Bank Dunia yang bertajuk Global Economic Risks and Implications for Indonesia yang menyebutkan Indonesia tengah terancam dalam capital outflow besar (arus modal keluar) imbas dari perlambatan ekonomi global.
"Saya sampaikan berkali-kali kita terus akan waspada melihat perkembangan tersebut. Kita akan perbaiki dan kondisi ekonomi yang masih 5 persen dan inflasi terjaga rendah dan pembangunan yang terus berjalan ini menjadi tempat destinasi yang baik bagi investasi," tutur Sri Mulyani di Gedung DPR, Jumat (6/9/2019).
"Oleh karena itu kebijakan yang tepat untuk mendorong investasi kemarin telah disampaikan. Presiden minta ada penyederhanaan dan kita perlu lebih aktif melihat kebutuhan investor agar mereka bisa menerjemahkan minat investasi menjadi aktivitas investasi," lanjut dia.
Sri Mulyani menjelaskan, Pemerintah terus mengupayakan berbagai kebijakan guna menopang pertumbuhan ekonomi ke depannya.
"Kita harus menghilangkan peraturan yang menyebabkan cost of doing business-nya mahal tinggi dan panjang bertele-tele dan kita keluarkan kebijakan perpajakan sebagaimana yang disampaikan kemarin. Ini dalam rangka menciptakan suatu lingkungan ekonomi yang sehat dan tetap tumbuh tinggi dan stabil sehinga confidence itu tetep terjaga," tandasnya.
Advertisement