Liputan6.com, Jakarta - Sejak menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim banyak melakukan terobosan. Salah satunya adalah pendekatan kekinian dalam penguatan pendidika karakter.
Mantan bos Gojek itu menjelaskan bahwa pendidikan karakter tidak hanya dilakukan dengan baca buku atau dimasukan dalam kurikulum. Tetapi harus menjadi kegiatan bersama yang mendukung pembelajaran murid.
Baca Juga
Advertisement
"Pondasi dari pendidikan karakter adalah orang tua dan masyarakat luas. Kedua elemen ini tidak bisa diabaikan. Meskipun kami berusaha menjaga kualitas mutu, tapi kalau kita abaikan orang tua, dan masyarakat luas, kita tidak akan bisa mencapai perubahan yang diinginkan," Kata Nadiem saat rapat kerja perdana di DPR RI, Rabu, 6 November 2019 lalu.
Nadiem menjelaskan bahwa penerapannya adalah dengan cara membuat pendidikan karakter peserta didik agar berinteraksi langsung dengan masyarakat luas di luar kelas. Konten pembelajaran lebih kongkrit, dan kekinian.
"Pendidikan karakter harus bisa membuat siswa berinteraksi langsung dengan masyarakat, melalui konten-konten yang kekinian, spesifik dan tangible. Agar masyarakat juga bisa mengerti apa itu moralitas, apa itu civil society, dan apa itu ahlak, dengan contoh-contoh yang nyata bukan filosofis," tegasnya.
Apresiasi Untuk Terobosan Nadiem Makarim
Tokoh pendidikan dan Senator DPD RI, Tamsil Linrung, mengapresiasi perhatian Nadiem pada pendidikan karakter. Menurutnya, peran karakter yang berbasis human centric sangat dibutuhkan di era teknologi.
"Karena itu, manusia harus punya basis karakter kuat agar teknologi dan segala perangkat yang ada dalam genggaman, bisa dimanfaatkan secara optimal,” imbuh pendiri jaringan sekolah Insan Cendekia Madani (ICM) ini.
Tantangan baru justru akan muncu, karena institusi pendidikan, orang tua dan keluarga harus bersinergi mengimbangi teknologi yang juga memengaruhi pola pikir hingga perilaku generasi muda. Menurut Tamsil, konsep sekolah berasrama yang jadi tren di masyarakat, merupakan salah satu solusi.
"Boarding school saya kira sangat kita andalkan berperan dalam pengokohan karakter anak-anak kita. Di sekolah berasrama, mereka memanfaatkan teknologi. Dalam keseharian, dibimbing selama 24 jam oleh para tenaga pendidik. Di kelas maupun di asrama. Lebih terarah," sambung Tamsil.
Senator asal Sulawesi Selatan ini menyebutkan bahwa pesantren maupun sekolah umum yang berasrama banyak melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang punya kredibilitas tinggi. Hal itu, karena dalam proses pendidikan, mereka tidak hanya mendapat suplai intelektual, tapi juga disentuh sisi spiritual dan kemanusiaannya.
Karena itu, menurut Tamsil pemerintah perlu mendorong konsep sekolah berasrama. Agar lebih masif. Apalagi konsep sekolah berasrama, lanjutnya, semakin inovatif mengadopsi perubahan, serta fleksibel.
"Kita di Insan Cendekia Madani, memberikan keleluasaan kepada siswa untuk tetap berinteraksi dengan orang tua mereka. Setiap pekan, ada yang namanya hari bersama keluarga. Para orang tua dapat menjemput anak untuk berakhir pekan bersama. Konsep seperti ini tentu menguatkan jalinan emosional siswa dengan orang tua. Karena kita percaya, membangun generasi harus ada sinergi antara sekolah, keluarga dan lingkungan," dia memungkasi
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Advertisement